Senin, 07 Februari 2011

Thedy Tengko ingin Sejahterakan Masyarakat Aru


Jalan terjal berhasil dilalui Bupati Kepulauan Aru, Thedy Tengko. Lahir dari keluarga tak mampu membuat ayah 3 orang anak ini selalu mensyukuri nikmatnya hidup. Seperti apa lika-liku perjalanan karirnya?


Kepulauan Aru sendiri memiliki luas wilayah 6.325 Km2. Secara geografis terletak di 5o-8o LU dan antara 133,5o-136,5o BT terbagi menjadi 3 kecamatan yang berbatasan langsung dengan Laut Aru di sebelah utara dan timur, Laut Arafura di sebelah selatan dan barat. Kepulauan Aru beribukota di Dobo.


Memimpin sekitar 547 pulau bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut dirasakan betul oleh sang Bupati, Thedy Tengko. Setelah terpilih terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati selama dua periode, yaitu periode 2005-2010, serta tahun 2010-2015, Thedy merasakan sulitnya menjadikan sebuah pulau selangkah lebih maju dari sebelumnya.

Hapuskan Ilegal Fishing dan Garap Perkampungan Pelajar


Sosok santai itu hadir di hadapan kami. Membawa sejuta senyum mengembang di wajahnya. Ketika itu, puteranya yang ketiga baru saja usai wisuda. Walaupun sedikit lelah, namun Kolonel (Purn) Theddy Tengko, SH,M. Hum tetap berusaha santai dan mengobrol selama satu jam lebih.


Ditemani sebatang rokok, Thedy menceritakan berbagai persoalan dan pemikiran ke depan untuk menciptakan keadaan Kepulauan Aru yang lebih sejahtera.


Ketika dihadapkan pada pembangunan daerahnya, ia banyak menemui kesulitan baru, salah satunya banyaknya kegiatan illegal fishing yang terjadi di laut membuatnya gerah, dan menginginkan penegakan hukum yang jelas bagi si pelanggar.


“Indonesia merupakan negara kepulauan, seharusnya kita punya banyak pengadilan perikanan, bukan hanya empat seperti saat ini.” Tuturnya mengenai maraknya illegal fishing yang terjadi di laut arafura.

Hal tersebut membutnya sempat pesimis, dan mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat, untuk menangkap para pelaku illegal fishing yang lalu lalang di laut Arafura.


Laut Arafura memang kaya akan hasil lautnya. Terumbu karangnya yang indah, menjadikan ikan di laut Aru beraneka ragam.


“Aru memiliki punya potensi ikan yang luar biasa.” Katanya.


Thedy berharap dalam masa kepemimpinannya, Aru bisa menjadi lebih baik lewat sejumlah program yang dicanangkannya, ia ingin merubah image Aru sebagai daerah tertinggal.


Ia juga menggagas proyek Perkampungan Pelajar. Proyek tersebut bertujuan untuk membentuk karakter manusia di Kepulauan Aru. Dengan 547 gugusan pulau, tak hanya perbedaan kawasan, tetapi karakter dan bahasa juga menjadi masalah tersendiri. Karenanya Thedy menyebut proyek Perkampungan Pelajar sebagai tempat pembentukan karakter masyarakat Aru.


“Anak-anak Aru yang di desa mau berkembang juga susahm karena tidak ada keinginan untuk pindah ke kota.” Ujarnya.

Dari Penjaga Toko hingga ke Ring Tinju


Sebelum menjadi salah satu pejabat di Kepulauan Aru, tak banyak yang tahu kalau Thedy menjalani kerasnya hidup dari nol.


Sepanjang menempuh pendidikan, peluh Thedy tak pernah berhenti bekerja keras mencari selembar rupiah untuk biaya sekolahnya.


Sebagai anak kampung asli, Thedy merasakan pahit getirnya hidup di kota kelahirannya. Berasal dari keluarga tak mampu, Thedy lantas berkeinginan mandiri. Karena itu, ketika SMU, ia pergi ke kota Ambon. Thedy mengikuti salah seorang tetangganya, untuk bekerja memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, disamping sekolah di SMU Chandra Kirana, Ambon.


Jadwal sekolah yang tak menentu, mengharuskan Thedy untuk bekerja di samping waktu sekolah. Jadwal sekolahnya yang mengharuskannya hadir seminggu pagi, dan seminggu sore, mengharuskannya berjualan di sebuah toko kelontong.


“Sekolah disana memberikan saya inspirasi untuk membangun perkampungan pelajar di Aru.” Katanya.


Lulus sekolah, Thedy bercita-cita jadi tentara. Karena itu, ia mendaftarkan diri untuk masuk Akabri. Namun, sial menerpanya. Ketika itu, ia memalsukan tandatangan orangtuanya, agar ia bisa masuk pendidikan Akabri. Tetapi, apa daya, ternyata ketahuan. Thedy pun harus mengubur niatnya dalam-dalam.


Selama setahun, Thedy menganggur. Ia kemudian mengumpulkan uang untuk modal kuliah di di Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya, Malang.

Bangku kuliah yang mahal, mengharuskannya untuk memutar otak membiayai kuliah dan kehidupan sehari-harinya.


Thedy pun kemudian kembali berjualan di sejumlah toko kelontong. Karena tuntutan hidup yang semakin tinggi, ia juga ‘nyambi’ mengikuti kejuaraan tinju di kampusnya, disamping menjadi asisten dosen.


“Saya mati-matian bekerja dan main tinju untuk bisa bayar kuliah. Ternyata tinju itu enak juga. Saya bisa merasakan enaknya tidur di hotel, walaupun hanya 2-3 hari.” Katanya sambil tertawa.


Empat ronde pertandingan tinju menghasilkan Rp. 20.000.


“Akhirnya saya bisa bayar kuliah. Betul-betuh penuh perjuangan.” Ujarnya.

Ingin Perubahan di Tanah Kelahiran


Lulus kuliah, Thedy masih memiliki cita-cita menjadi seorang tentara. Akhirnya ia mengikuti tes di Jakarta, dan lulus.


Pria yang hobi berolahraga ini lantas ditawari untuk menjadi kepala sekolah di Banjarmasin. Setelah itu, ia kembali ke Malang, sampai berpangkat Letnan Kolonel. Thedy lalu ditugasi ke Ambon pada tahun 2000-2002.


Pulang kampung ke daerah Timur membuat Thedy ingin sebuah perubahan terjadi pada tanah kelahirannya.


Ia sempat berkali-kali ditawari mencalonkan diri jadi Bupati sejak tahun 2003. Ketika itu, Thedy menolak.


Di akhir tahun 2003, Thedy melihat pengumuman calon-calon Bupati Kepulauan Aru. Menurutnya calon tersebut tidak akan membawa perubahan pada tanah kelahirannya.


Bulan Agustus 2003, ia kembali didukung menjadi Bupati. Ketika itu, ia hanya berpikiran untuk memajukan Kepulauan Aru, yang pendudukanya masih berada di bawah tingkat kemiskinan.

“Hati harus bersih”


Thedy merasa terharu manakala ia melongok lagi pada perjalanan karirnya yang penuh liku. Tetapi kesuksesan tersebut belumlah final, ia memiliki banyak harapan ke depan.


“Tidak dapat di pungkiri memang kekurangan pasti ada. Untuk merubah seseorang dari miskin menjadi sejahtera kan tidak mudah. Tetapi saya yakin dari waktu ke waktu, Aru pasti bisa lebih baik.” Harapnya.


Namun demikian, dalam masa kepemimpinannya, kerap juga berhembus kabar tak sedap. Salah satu yang sedang santer dibicarakan akhir-akhir ini, adalah melakukan sejumlah korupsi dana APDB hingga Rp.30 milyar.


Ketika ditanya hal tersebut, Thedy santai menjawab, “Saya sempat diberitakan pada tuduhan korupsi. Keluarga saya juga mendengar kabar tersebut. Saya santai saja. Tidak saya pusingkan hal seperti itu. Keluarga saya tahu hal itu. Mereka tetap support saya. Karena mereka yang paling tahu seperti apa saya sebenarnya.“ katanya.

Thedy adalah sosok yang paling berarti di mata keluarganya. Ia mampu menjadi panutan bagi istri dan anak-anaknya.


Sebagai pemimpin keluarga, Thedy merupakan pemimpin yang demokratis. Ia membebaskan ketiga anak-anaknya unruk berkarir dan mengatur kehidupan mereka sendiri.


“Tiga anak saya tidak ada yang mengikuti jejak saya. Saya tidak pernah menuntut mereka harus menjadi apa.” katanya.


Menurut Thedy, hal terpenting yang harus dimiliki seorang pemimpin adalah hati yang bersih. Jika seseorang terobsesi menjadi pemimpin untuk mengeruk sejumlah keuntungan, hal tersebut amatlah disayangkan. Karena itu, ia memiliki tips untuk anda yang tertarik menjadi pimpinan daerah.


“Banyak orang beranggapan, saya kok santai banget menghadapi berbagai kabar-kabar miring. Karena saya tak merasa melakukannya. Jadi saya santai saja. Yang terpenting untuk menjadi pemimpin, hati harus bersih, kalau tidak, bisa kacau kepemimpinannya. Selama masih percaya sama Yang di Atas, mudah-mudahan saya bisa menjaga amanat rakyat.” Tuturnya santai.


Kesuksesan memang penuh dengan kerikil tajam. Hal itulah yang dirasakan ayah tiga orang anak tersebut. Namun keinginannya untuk memajukan masyarakat kepulauan Aru memang total. Keinginannya sebenarnya sederhana, ingin membuat Aru menjadi sebuah kepulauan yang tak kalah dengan daerah lain. Dan mengurangi kemiskinan di daerahnya. Tujuan yang mulia bukan?