Sosoknya begitu hangat. Menyapa semua pewarta dengan senyum manisnya. Kala itu, Fadel Muhammad, yang menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan, baru saja usai memberikan materinya dalam sebuah acara ekonomi di Jakarta.
Pria asal Gorontalo tersebut seperti menjadi pahlawan di dunia perikanan di Indonesia. Bagaimana tidak, ia mati-matian mengusahakan kemajuan perekonomian nelayan Indonesia, dan meminimalisasi terjadinya impor di negara ini.
Nama Fadel pun lantas mencuat karena perjuangannya diacungi jempol oleh presiden SBY baru-baru ini. Namun hal tersebut tidaklah mudah. Karena sejumlah impor malah merambah Indonesia. Yang terhangat adalah berita seputar impor garam.
Perseteruan pun terjadi antara dua institusi, Kemeterian Kelautan dan Perikanan, yang mengharamkan impor, dan Kementerian Perdagangan, yang melakukan sejumlah impor, dengan dalih menyelamatkan perekonomian Indonesia.
Mengenai hal tersebut, Fadel terang-terangan menolak. Menurutnya, membeli garam dari petani justru akan meningkatkan perekonomian Indonesia.
“Selain kita membantu mengangkat perekonomian Indonesia, kita juga sekaligus menaikkan tingkat perekonomian Indonesia nantinya.” Tuturnya.
Hobi Makan Ikan
Pria yang melewatkan masa kecil di Gorontalo tersebut rasanya begitu pas menjabat sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan.
Ia begitu peduli dengan dunia pangan Indonesia. Alhasil ketika ia pernah menjabat sebagai gubernur Gorontalo tahun 2006 silam, ia menanamkan 'Gerakan Peningkatan Produksi Padi Nasional 2 Juta Ton. '
Pemilihan gubernur yang sempat mememcahkan rekor MURI, karena memenangkan 81 persen suara ketika itu, menjadikan Fadel sosok yang cukup diingat oleh sebagian besar masyarakat.
Menjadi menteri kelautan dan perikanan membuatnya ingat masa kecilnya dulu.
“Saya hobi sekali makan ikan. Jadi menteri seperti ini karena sering makan ikan dari kecil,” tuturnya sembari tertawa.
Fadel memang dikenal paling giat mengkampanyekan gerakan makan ikan. Bahkan, ia mencanangkan agar ikan bisa menjadi konsumsi utama masyarakat Indonesia.
“Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan wilayah perairan, jadi tak sulit untuk menemukan ikan. Gizi ikan juga dikenal begitu tinggi.” Katanya.
Kerahkan Sejuta Budidaya
Saat ini, Fadel juga sedang disibukkan dengan berbagai perencanaan ke depan. Beberapa tahun belakangan, ia mengerahkan budidaya, seperti rumput laut, ikan nila, ikan patin di beberapa wilayah Indonesia.
Tahun 2012, Fadel juga ingin memperkenalkan sistem aqua culture, yang akan diperkenalkan di dunia regional.
Aqua culture sendiri merupakan konsep baru yang dibuat mengenai perkemangan wilayah yang berbasis perikanan.
“Di Pulau Seribu, Medan Banggai Kepulauan saat ini sedang kami galakkan system ini. Anggarannya juga tidak besar, hanya 200 milyar,” jelasnya.
Aqua culture lalu menjadi visi ke depan Fadel. Ia berharap system ini bisa dijalankan ke pasar local dan regional.
Gencarnya impor yang dilakukan institusi lain, membuat Fadel Muhammad berkali-kali ‘marah’ di berbagai media. Pria berkacamata ini memang prihatin dengan maraknya impor, terlebih lagi impor illegal yang banyak ditemukan di Indonesia.
“Sayakemarin dari Ambon. Dulu orang Muara Baru banyak yang impor. Tetapi sejak ada peraturan larangan impor, maka mereka beli produk lokal.” Katanya.
Mengenai impor yang terbilang mudah, Fadel memang mengakuinya, tetapi ia merasa prihatin dengan keadaan nelayan Indonesia.
“Impor itu memang mudah dan murah. Tetapi kasihan kan nelayan kita. “ katanya miris.
Melihat perjuangan Fadel yang mati-matian menolak segala macam produk impor, rasanya cukup menyejukkan hati. Dimana, akhir-akhir ini, produk impor kian merajalela di bumi Indonesia.
Dan ternyata di sini, masih ada sosok yang peduli terhadap keadaan bumi Indonesia. Cintanya terhadap Indonesia diwujudkan dengan meengibarkan bendera perang terhadap produk impor.
Nah, jika anda mengaku cinta Indonesia, maka mulai detik ini, berhentilah memakai segala produk luar negeri, dan mulai mencintai segala jenis produk dalam negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar