Kamis, 25 Maret 2010

Jerry Aurum: “Saya bukan Fotografer Termahal”


Dunia fotografi memang telah diminati Jerry Aurum Wirianta sedari kecil. Pria ramah ini hobi memotret segala hal di sekitarnya.

Siapa sangka hobi iseng-iseng ini berkembang hingga dewasa. Dan menjadikan dirinya meraih sukses di dunia tersebut.

Pameran fotonya pun selalu berjalan sukses. Femalography, salah satunya. Pameran ini berlangsung di Jakarta, Singapore, dan Amsterdam. Jerry juga menerbitkan buku dengan judul sama, yang berisi foto-foto karyanya.

Buku ini bahkan meraih “The 2nd Best Recommended Book” dari Borders Bookstore, Singapore.
Belum lagi pameran lainnya yang baru-baru ini diselenggarakan. In My Room, begitu Jerry memberi titlenya. Pameran tersebut sukses menggaet pengujung yang ketika itu hadir di Senayan City, Jakarta. Menjadi seorang fotografer memang membutuhkan kemauan besar. Semuanya akan berjalan dan tereksplorasi, hingga menjadikan suatu kata. Profesional.

Demikianlah Jerry Aurum mengibaratkannya. Salah seorang fotografer ternama di Indonesia yang begitu yakin dunia tersebut bisa menjadikannya ladang untuk meraup rezeki.


Bakatnya terasah dari kecil

Bakat memotret Jerry didapatnya secara otodidak. Sedari kecil, Jerry tak pernah suka difoto. Ia lebih suka mengutak-atik kamera tua yang sudah tak terpakai lagi di rumahnya. Melihat hal itu, sang ibu membelikannya sebuah kamera saku.

Ternyata bakat Jerry pun mulai kelihatan. Jerry lebih suka memotret sesuatu.
Ibunya yang bekerja di perkebunan kerap membawanya pergi keliling Indonesia. Dari Aceh, Medan, hingga Padang. Jerry sangat senang bertualang memotret perkebunan tersebut.

“Saya suka ikut ibu untuk hunting foto saat keliling di perkebunan. Dari situ udah mulai tertarik, tetapi belum serius ditekunin.” Ujar pengagum sosok Lachapelle dan Sagmeister tersebut.

Menjadi seorang professional dilakoninya ketika duduk di kelas 2 di SMAN 1, Medan . “Waktu SMA itu, saya pertama kali beli kamera yang serius. Dan kemudian semakin serius lagi waktu tahun 1994 pindah ke Bandung. Saat itu belum kuliah karena nggak tembus ujian.” Katanya sambil tertawa.

Di tahun tersebut, ia semakin menyalurkan bakatnya dengan ikut salah satu klub foto tertua di Indonesia bernama Pehimpunan Amatir Foto. Dari situlah, Jerry memberanikan diri untuk mengikuti ajang lomba foto. Tak sedikit penghargaan yang berhasil diraihnya.

Diantaranya penghargaan dari Salon Foto Indonesia.Jerry juga menjadi salah satu finalis Indonesian Young Creative Enterpreneur of the Year tahun 2007.
Di samping itu, Jerry juga aktif menjadi pembicara dan juri dalam ajang lomba fotografi.

Sebut saja, juri di Garuda International Foto Competition, yang diikuti oleh 26 negara. Lalu ia juga menjadi juri dalam lomba logo Indonesia Creative tahun 2008. Sekitar 15 kali dalam setahun dirinya rajin menjadi juri.


Kebebasan berhasil menjadikanya professional


Pada tahun 1995, Jerry mulai kuliah di Institut Teknologi Bandung jurusan Desain Komunikasi Visual. Tamat kuliah di tahun 1999, ia pun bekerja.
Jerry memilih pekerjaan yang berkaitan dengan dunia fotografi dan desain grafis.

Selama sekitar empat bulan, ia bekerja pada dua perusahaan desain, Le BoYe dan After Hours.
Setelah itu, ia pun memberanikan diri untuk lebih serius berbisnis di dunia foto dan desain grafis dengan mendirikan perusahaan sendiri. Bulan Maret tahun 2000 akhirnya ia mendirikan Jerry Aurum Design and Photography hingga sekarang.

“Kalau kita punya perusahaan sendiri, jadinya kita tidak membatasi ruang gerak.” katanya Jerry menghabiskan honor pertamanya untuk membeli satu set kamera seharga 8 juta rupiah. Perusahaannya pun awalnya hanya sebuah kamar kos di bilangan Puri Kembangan, Jakarta Barat. Namun siapa sangka, dengan profesionalitasnya, Jerry berhasil membesarkan usahanya sampai sekarang.

“Saya bukan fotografer termahal”


Menjadi Director di Jerry Aurum Design and Photography merupakan tantangan tersendiri. Jerry harus pintar-pintar untuk mengelola 7 orang anak buahnya secara baik.


Ketika event besar datang, ia juga harus siap dengan tambahan sekitar puluhan pegawai freelance.
Di mata anak buah, Jerry termasuk sosok yang banyak maunya. Segala keinginannya harus dituruti anak buahnya, hingga tercipta suatu hasil yang sempurna di matanya.

“Saya bukan pemimpin yang gampang diajak kerjasama, dan tidak pernah puas.” Tutur pria single ini. Jerry juga menegaskan bahwa tak ada jaminan untuk hidup enak dengan menjadi seorang fotografer. “Dunia seni itu dinamis sekali. Manifestasinya up and down. Saat down, finansial belum tentu aman.” Katanya.

Disinggung tentang tarif sekali jepret, Jerry pun enggan untuk berbagi. “Saya bukan fotografer termahal. Masih banyak fotografer lain yang lebih mahal dari saya.” Katanya merendah.


Sukses itu temporary
Ditanya tentang kesuksesannya dalam menekuni dunia fotografi, Jerry pun berpendapat bahwa sukses merupakan keadaan sementara. “Pada saat kita meraih achievements tertentu, itu rasa suksesnya pasti muncul. Tetapi begitu kemudian kita mulai berpikir lagi, next step nya mau ngapain, kita akan jadi kembali merasa jauh dari sukses.” Jelasnya.

Di dunia industri kreatif yang ditekuninya, ia merasa bahaya jika terlena dengan kesuksesan yang diraih saat ini. Kalau hari ini masih sukses, beberapa bulan kemudian merasa masih sukses, berarti ada sesautu yang salah, dan terjadi stagnasi.

Bagi anda yang tertarik terjun di dunia fotografi, Jerry memberikan tipsnya. Yang pertama, anda harus memiliki ketertarikan yang besar terhadap bidang tersebut. Karena sebuah ketertarikan menurutnya akan melahirkan eksplorasi. Dan eksplorasi akan menghadirkan pengetahuan dan ketertarikan baru, hingga akhirnya akan menjadikan seseorang menjadi professional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar