Rabu, 11 Januari 2012

Amy Atmanto: Kesuksesan Adalah Berbagi Kepada Sesama

Karir yang cemerlang dan keluarga yang harmonis merupakan kebahagiaan tersendiri bagi desainer Amy Atmanto. Di masa sulit seperti saat ini, Amy malah melebarkan target marketnya hingga ke negeri tetangga, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Sukses merancang busana kebaya, Amy pun melebarkan sayapnya lewat mengajar payet gratis untuk kaum dhuafa. Karyanya memang telah dikenal oleh pecinta kebaya klasik elegan di dalam dan luar negeri. Miss Universe, Riyo Mori, sempat dibuatkan kebaya bertabur kristal Swarovski. Dari dalam negeri, sudah tak terhitung wanita kelas atas yang memakai karyanya, diantaranya Yenny Wahid, Nadine Chandrawinata, dan masih banyak lagi.

Koleksi kebayanya terkenal dengan rancangan yang elegan, charming, glamour, dan berkarakter. “Saya begitu bahagia melihat wanita bisa tampil cantik dan percaya diri dengan apa yang ia kenakan, karena tidak ada wanita yang tidak cantik, yang ada hanyalah wanita yang tidak tahu bagaimana membuat dirinya menjadi cantik.” Ujarnya. ketika dijumpai di Gedung Smesco, Jakarta Selatan.


Pemilik 4 line fashion bertajuk Royal Sulam (kebaya masterpiece), Royal Kaftan (Luxury Moslem Wear), Victoria Couture (Party Dress), dan Morocco (Moslem Wear) ini juga sempat menjabat sebagai sebagai Brand Ambassador & Private Partner Swarovski Crystal Indonesia.

Ia juga pernah memperoleh penghargaan dari Kementerian Budaya dan Pariwisata untuk kategori tokoh yang menyukseskan Visit Indonesia Year 2008 kategori pelestarian asset budaya bangsa. Selain itu, Amy juga menjadi ikon Blackberry Indosat untuk kategori bisnis. Ia pernah menjadi ketua IPKI (Ikatan Perancang kebaya Indonesia), dan menjadi Ketua Juri Kartini Award 2009 piala Ibu Ani Yudhoyono.

Kesuksesan yang diraihnya menurutnya ialah karunia Tuhan yang harus senantiasa disyukuri dan dibagi kepada orang lain. “Sekarang kegiatan saya membuat program mengajar gratis untuk kaum dhuafa dan tuna rungu, agar mereka memiliki skill.” Tutur wanita yang dijuluki masterpiece kebaya tersebut.

Kreatif dan inovatif dari kecil

Ketertarikan Amy pada dunia fashion sudah terlihat semenjak sekolah. Hobi menjahit telah dilakoninya sejak usia 13 tahun.

Sewaktu bersekolah di SMP 73, Tebet, murid-murid di sekolahnya ditugaskan untuk membuat piyama. Teman-teman lainnya membuat piyama klasik, dengan model satu setel atasan lengan panjang dan celana panjang.

Amy yang kreatif lantas membuat piyama sendiri. Ia mendesain piyamanya dengan bahan sutera mengenakan aksen renda dan tali spagetthi. Amy ngotot tidak mau membuat piyama yang sama dengan teman-temannya. “ Menurut saya, itu adalah piyama saya, saya mau desainnya seperti itu.” Ungkapnya.

Karena kejadian tersebut, ia ditertawakan teman-teman sekelasnya, Ia pun kerap menjadi bahan ledekan teman-temannya. Akibatnya, istri Atmanto tersebut tak mendapatkan nilai dari pelajaran tata busananya karena ia tak mau membuat piyama dengan desain yang klasik.

Siapa sangka, sikap keras kepalanya tersebut menjadikannya sesukses sekarang. Lulus SMP, ia meneruskan sekolah ke SMA 3, Jakarta.


Ketika duduk di bangku kelas 2, Amy mendapat beasiswa dari ASS (America Self Services) di Cost Holbert Senior High School, Australia selama dua tahun.


Tahun 1989, Amy lulus SMA. Ia pun memilih untuk kuliah di Akademi Sekretaris Tarakanita. Akibat IQ nya yang selalu di atas rata-rata, lagi-lagi Amy mendapatkan beasiswa untuk meneruskan pendidikan di University of Technology Sydney jurusan Communication and Law Business.

Mengenyam pendidikan di Jurusan Komunikasi ternyata tak membuatnya puas. Karena disana, ia tidak mendapatkan ilmu fashion. Meski mendapatkan cum laude di jurusan ilmu komunikasi, Amy tetap mengambil summer school di sebuah institut di Sidney jurusan fashion. Di sana, ia merasa mendapatkan kepuasan dengan kursus menjahit yang telah lama diidam-idamkannya.

Lulus kuliah, Amy kembali ke Indonesia. Ia sempat menjadi reporter di RCTI. Amy juga pernah menjajal menjadi Coorporate Comunication Head di sebuah rumah produksi.


Tahun 1997, ia tertarik untuk menjadi konsultan part time bidang yang bergerak di bidang business plan. Di sana, Amy bertugas untuk merancang bisnis untuk orang-orang yang mau mengembangkan bisnis di Indonesia.


Berkarir tanpa melupakan keluarga

Sebelum menjadi desainer, Amy sukses berkarir di lingkup komunikasi. Ia pernah ditanya oleh suami mengenai keinginannya untuk bekerja. “Saya bilang waktu itu, saya ingin utamakan keluarga. Akhirnya saya membuka butik ini.” Katanya. Dan pada tahun 2000, ia mulai merancang kebaya.

Usaha yang dijalaninya selama 5 tahun pun berkembang pesat. Saat ini ia memiliki 98 orang karyawan, termasuk outsourcing.

Untuk me-manage para karyawannya, ia menerapkan sepenuhnya pada system. “Sistem itu harus diterapkan supaya ada atau tanpa saya itu bisa tetap jalan prosesnya.” Tuturnya.

Dengan demikian, Amy tak pernah melewatkan waktunya bersama keluarga. Karena butik yang berlokasi di Tebet Timur Raya no.46 tersebut sekaligus menjadi rumahnya.


Rangkul kaum dhuafa untuk kreatif

Sukses dalam karir menurutnya tak cukup. Ia lantas berbagi life skill dalam industry kreatif. “Saya ingin mengembangkan mikro economic, dan menumbuhkan perekonomian rakyat. Dan tujuan lainnya untuk menciptakan Indonesia pintar lewat pemberdayaan perempuan khususnya.” terangnya.

Amy begitu terinspirasi dari apa yang pernah disampaikan Ibu Negara, Any Yudhoyono bahwa sebagai generasi muda harus memajukan industry kreatif serta membuat dan menciptakan Indonesia pintar. “Dan saya baru mulai do the balancing, dengan mengajar dhuafa dan tuna rungu. Kemudian saya lakukan itu secara pribadi.” Katanya.

Sekarang, ia disibukkan dengan mengajar workshop kreatifitas payet dan menjadi pembicara di beberapa workshop entrepreneurship, serta mengajar kaum dhuafa dan tuna rungu. Ia bekerjasama dengan berbagai perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR).

Dari situ, kaum dhuafa dan tuna rungu mendapatkan sertifikat khusus darinya. “Saya senang mendengar mereka bisa memayet sambil menunggu warung bakso. Jadi ilmu saya berguna untuk mereka” jelasnya.

Ilmu yang diberikan kepada kaum dhuafa dan tuna rungu begitu disambut baik oleh beberapa rekannya. Alhasil, ketika ia didaulat untuk menjadi desainer kebaya untuk putri mantan presiden Abdurahman Wahid, Yenny Wahid, Amy langsung berinisiatif mempersilakan murid-muridnya untuk memayet selendang yang dikenakan Yenny saat hari pernikahan.

Betapa bahagianya Amy ketika melihat anak didiknya mampu memberikan sebuah selendang hasil kerja keras mereka. Kebahagiaan semakin lengkap tatkala Yenny mau memakai selendang di hari pernikahannya.

Untuk menjadi seorang desainer, ia pun memberi tips untuk selalu membekali diri tidak hanya dengan kemampuan seni yang tinggi, tetapi juga manajerial skill yang baik. “Karena kombinasi keduanya itu akan lebih mempercepat kita untuk maju.” Kata ibu dua anak ini.

Keseimbangannya dalam menjalani karir untuk membahagiakan keluarga dan sesama bisa menjadi inspirasi untuk anda dalam mewujudkan suatu keinginan yang tak sekedar angan-angan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar