Jumat, 13 Januari 2012

Profesionalisme Jenny Chang

Bagi Anda pecinta dan pemerhati dunia fashion Indonesia, pasti tidak asing lagi melihat wajah Jenny Chang.

Sejak terdaftar sebagai murid di SMU Wiyata Dharma Medan, Jenny sudah mulai tertarik di dunia modelling. Kala itu, ia ikut ekstra kulikuler yang berlawanan dengan dunia modeling, yakni basket. Bahkan, tim basket Jenny sempat menjadi nomor 1 di Medan. Guru ekstra kulikuler Jenny lah yang mendorongnya untuk mencoba dunia modeling. “ Waktu itu saya nggak pede, karena kalau model kan cewek banget, sedangkan saya dulunya tomboy.” kenangnya dengan logat Medan yang masih kental.


Di tahun 1999 merupakan awal Jenny melangkahkan kaki di dunia modeling. Guru ekstra kulikuler modeling semasa SMU yang mengajaknya terjun ke model. Ketika itu, ia mengajak untuk ikut fashion show baju pernikahan. Honor pertama yang ia dapatkan sejumlah 150 ribu rupiah. Jenny kemudian membelanjakan uang tersebut untuk membeli sepasang high heels warna hitam.


Setelah itu, Jenny pun makin sering tampil di ranah fashion. Ia rajin ikut ajang modeling. Jenny pun sempat masuk Elite model. Lalu ia menorehkan prestasi di ajang Model Indonesia yang digelar oleh Ramli Production pada tahun 2003 di Jakarta. Di situ, ia mendapatkan juara pertama dengan membawa pulang hadiah sepatu emas.

Namun selepas itu, Jenny tak melanjutkan karir modelnya, lantaran kedua orangtuanya tidak mendukung. Ia pun pulang ke Medan. Lalu Jenny hanya focus untuk show baju pernikahan saja.


Pada tahun 2006, Jenny bertemu dengan Damayona Nainggolan, pemilik Yayasan Putri Medan Metropolitan. Disana Jenny ditawari untuk menjadi pengajar. “Nah Mbak Yona bilang kalau saya punya potensi untuk ke Jakarta. Akhirnya saya ke Jakarta, dan dikenalkan dengan Keke Harun. “ tutur wanita kelahiran Medan 10 Agustus 1980 tersebut.


Akhirnya Jenny pun masuk Looks Model, salah satu agency yang dipimpin oleh Keke Harun. Sampai saat ini, Jenny pun terus aktif berlenggak-lenggok di panggung catwalk di bawah Looks Model ini.



Merambah ke film


Karir Jenny pun semakin cemerlang. Wajahnya makin ramai menghiasi sampul majalah dan billboard. Jenny pun semakin akrab dengan kalangan sosialita. Belakangan, wajahnya mulai merambah ke layar lebar.


Jenny kebagian peran di film May, yang edar pada 2008. Bersama Tutie Kirana, Tio Pakusadewo, Lukman Sardi dan Ria Irawan, Jenny mendapat lakon sebagai pemeran utama.


Mengenai karir barunya ini, lagi-lagi Jenny mengaku bahwa hanya kebetulan. Ketika itu, teman Jenny menawarkan padanya bahwa salah satu production house sedang membutuhkan pemeran dengan wajah oriental. Teman Jenny pun sudah ikut casting, namun sang suami tidak menyetujuinya, akhirnya ia lah yang mengajukan jenny sebagai pengantinya. Lalu Jenny pun lolos casting. “ Satu bulan kemudian, saya dikabari kalau ternyata terpilih. Setelah itu baru mulai syuting. “ jelasnya.


Tahun 2008, film tersebut amsuk dalam salah satu nominasi di ajang Festival Film Indonesia (FFI).Alumni STIE Harapan ini juga sempat menjajal acting dalam film Karma. Dalam Film berlatar belakang budaya Tionghoa ini, Jenny harus berperan antagonis dan berakting tanpa dialog.


Apapapun bidangnya, haruslah profesional


Untuk dunia modeling, Jenny menjanjikan bahwa profesi yang tengah dijalaninya hingga sekarang bisa dijadikan suatu profesi, layaknya dokter dan insinyur. “ Lumayan pendapatannya. Bisa untuk nabung buat masa depan. “tuturnya.


Rencana jangka panjang Jenny ialah mendirikan butik. “ Kalau jadi model kan terpatok dengan umur. Kalau sudah menikah, otomatis badan jadi membesar. Di model sudah tidak terpakai lagi, dari situ saya berpikir untuk mulai menabung, ingin buka butik. ” Kata pengagum Karenina, Arzetti Bilbina,dan Kimmy ini.

Ketika ditanya mengenai arti sukses, demikian komentarnya,” Kalau bicara sukses, orang tidak akan pernah puas, tetapi yang pasti saat ini saya sudah bisa mandiri menghidupi diri saya sendiri.” Ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar