Menjadi orang yang professional membutuhkan banyak perjuangan. Ralph Scheunemann, Marketing Director PT Jakarta International Expo juga mengalaminya. Namun berkat kecintaanya terhadap pekerjaan, Ralph berhasil menjalaninya dengan maksimal.
Event Jakarta Fair yang diselenggarakan di Monas melahirkan persoalan ketika sampai di tangannya. Mulai dari image Jakarta Fair yang kotor, banyak terjadi kekerasan, tindakan pencurian, hingga hal-hal miring lain, memberikan pekerjaan rumah tersendiri baginya.
Dihadapkan pada keadaan awal yang amburadul, tak membuatnya putus asa. Ia berpikir keras, bagaimana menjadikan ajang tahunan tersebut tetap bergengsi, dan diminati oleh masyarakat luas.
Tahun 2002, dua tahun setelah Jakarta Fair dipindahkan ke Arena PRJ, yang sekarang lebih dikenal dengan JI Expo, Kemayoran melahirkan semangat baru.
Seeing is Believing
“Seeing is believing” begitu Ralph mengistilahkannya.
Jakarta Fair yang semula dicap miring, sukses mendatangkan pengunjung hingga 80%. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan, event yang sempat dijuluki sebagai arena terkotor, kini disulap menjadi tempat yang nyaman, rapi, bersih, dan bebas copet.
Berbagai renovasi pun dilakukan oleh Ralph dan tim nya. Perombakan total dilaksanakan untuk mengubah citra buruk tersebut, sehingga pengunjung tak takut lagi menghadiri exhibition tahunan tersebut.
“Di dalam, penjual kerak telor setiap hari di rolling, dan dihimbau untuk selalu menjaga kebersihan.” katanya.
Ralph bersyukur, arena Jakarta Fair saat ini lebih besar dan bagus, dibandingkan saat dulu dilangsungkan di Monas.
“Ini juga merupakan ajang promosi dan penjualan, jadi masyarakat bisa up date mengenai hal-hal terbaru di Jakarta Fair.” tuturnya.
Ingin mengubah Jakarta menjadi kota destination, seperti Jerman, merupakan obsesi Ralph yang masih terpendam.
Keuntungan Nomor Dua
Di balik kesuksesannya, ada cerita masa kecil yang penuh perjuangan dalam diri Ralph. Cinta Indonesia membuatnya menghabiskan masa kecilnya di Batu, Malang, Jawa Timur.
Namun, untuk bersekolah di sana, tak semudah yang dibayangkan. Ralph kecil ketika itu ingin merasakan bersekolah di negeri. Namun, kendala status WNA, Ralph yang berkewarga negaraan Jerman menjadikan dirinya sulit mengenyam pendidikan di sekolah negeri.
Lantas, ia memilih bersekolah di SD Sang Timur, dan melanjutkannya ke SMP dan SMA Lab School.
Lalu, Ralph meneruskan kuliah di Bournemouth University di Inggris, dengan mengambil jurusan Tourism Management.
Ralph mulai bekerja tahun 1998 sebagai Asisten Executive di Hotel Santika, Jakarta. Kemudian, ia bekerja di sebuah perusahaan Multi Level Marketing (MLM) di Singapore selama dua tahun sebagai Coorporate Manager. Tahun 2002, ia lalu bergabung di JI Expo Group sebagai Marketing Director.
Untuk menjadi seorang Marketing Director yang menangani event besar seperti dirinya, diperlukan banyak sekali research.
Ralph mencontohkan, untuk bisa menangani sebuah event, research harus dilakukan selama dua tahun sebelumnya.
Dalam satu event juga jangan hanya mementingkan keuntungan, karena keuntungan baru akan datang setelah minimal 3 kali event berlangsung.
Proses Membuahkan Sukses
Sebuah kesuksesan menurut Ralph merupakan suatu proses. “Saya cinta Indonesia, saya ingin memberikan sesuatu dalam bidang pariwisata atau dunia pameran.” katanya.
Ralph bahkan tak takut, jika suatu saat posisinya digantikan orang lain. “Saya tipikal orang yang bangga bisa mendidik anak buah saya agar suatu saat nanti mampu, dan mengambil posisi saya.” tuturnya.
Di balik sukses yang diraihnya, ia tak pernah lupa untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Hari-hari padat seperti saat ini, Ralph hanya memiliki sedikit waktu untuk berkumpul dengan keluarga.
“Biasanya pagi hari, saya menyempatkan ngobrol dengan anak saya, atau sekedar telepon.” katanya.
Nah, bagi anda yang ingin sesukses dirinya, jangan hanya memikirkan jalan pintas, tetapi pelajarilah sebuah proses agar bisa menjadi sukses.
Event Jakarta Fair yang diselenggarakan di Monas melahirkan persoalan ketika sampai di tangannya. Mulai dari image Jakarta Fair yang kotor, banyak terjadi kekerasan, tindakan pencurian, hingga hal-hal miring lain, memberikan pekerjaan rumah tersendiri baginya.
Dihadapkan pada keadaan awal yang amburadul, tak membuatnya putus asa. Ia berpikir keras, bagaimana menjadikan ajang tahunan tersebut tetap bergengsi, dan diminati oleh masyarakat luas.
Tahun 2002, dua tahun setelah Jakarta Fair dipindahkan ke Arena PRJ, yang sekarang lebih dikenal dengan JI Expo, Kemayoran melahirkan semangat baru.
Seeing is Believing
“Seeing is believing” begitu Ralph mengistilahkannya.
Jakarta Fair yang semula dicap miring, sukses mendatangkan pengunjung hingga 80%. Tak pernah terbayangkan sebelumnya. Bahkan, event yang sempat dijuluki sebagai arena terkotor, kini disulap menjadi tempat yang nyaman, rapi, bersih, dan bebas copet.
Berbagai renovasi pun dilakukan oleh Ralph dan tim nya. Perombakan total dilaksanakan untuk mengubah citra buruk tersebut, sehingga pengunjung tak takut lagi menghadiri exhibition tahunan tersebut.
“Di dalam, penjual kerak telor setiap hari di rolling, dan dihimbau untuk selalu menjaga kebersihan.” katanya.
Ralph bersyukur, arena Jakarta Fair saat ini lebih besar dan bagus, dibandingkan saat dulu dilangsungkan di Monas.
“Ini juga merupakan ajang promosi dan penjualan, jadi masyarakat bisa up date mengenai hal-hal terbaru di Jakarta Fair.” tuturnya.
Ingin mengubah Jakarta menjadi kota destination, seperti Jerman, merupakan obsesi Ralph yang masih terpendam.
Keuntungan Nomor Dua
Di balik kesuksesannya, ada cerita masa kecil yang penuh perjuangan dalam diri Ralph. Cinta Indonesia membuatnya menghabiskan masa kecilnya di Batu, Malang, Jawa Timur.
Namun, untuk bersekolah di sana, tak semudah yang dibayangkan. Ralph kecil ketika itu ingin merasakan bersekolah di negeri. Namun, kendala status WNA, Ralph yang berkewarga negaraan Jerman menjadikan dirinya sulit mengenyam pendidikan di sekolah negeri.
Lantas, ia memilih bersekolah di SD Sang Timur, dan melanjutkannya ke SMP dan SMA Lab School.
Lalu, Ralph meneruskan kuliah di Bournemouth University di Inggris, dengan mengambil jurusan Tourism Management.
Ralph mulai bekerja tahun 1998 sebagai Asisten Executive di Hotel Santika, Jakarta. Kemudian, ia bekerja di sebuah perusahaan Multi Level Marketing (MLM) di Singapore selama dua tahun sebagai Coorporate Manager. Tahun 2002, ia lalu bergabung di JI Expo Group sebagai Marketing Director.
Untuk menjadi seorang Marketing Director yang menangani event besar seperti dirinya, diperlukan banyak sekali research.
Ralph mencontohkan, untuk bisa menangani sebuah event, research harus dilakukan selama dua tahun sebelumnya.
Dalam satu event juga jangan hanya mementingkan keuntungan, karena keuntungan baru akan datang setelah minimal 3 kali event berlangsung.
Proses Membuahkan Sukses
Sebuah kesuksesan menurut Ralph merupakan suatu proses. “Saya cinta Indonesia, saya ingin memberikan sesuatu dalam bidang pariwisata atau dunia pameran.” katanya.
Ralph bahkan tak takut, jika suatu saat posisinya digantikan orang lain. “Saya tipikal orang yang bangga bisa mendidik anak buah saya agar suatu saat nanti mampu, dan mengambil posisi saya.” tuturnya.
Di balik sukses yang diraihnya, ia tak pernah lupa untuk menghabiskan waktu dengan keluarga. Hari-hari padat seperti saat ini, Ralph hanya memiliki sedikit waktu untuk berkumpul dengan keluarga.
“Biasanya pagi hari, saya menyempatkan ngobrol dengan anak saya, atau sekedar telepon.” katanya.
Nah, bagi anda yang ingin sesukses dirinya, jangan hanya memikirkan jalan pintas, tetapi pelajarilah sebuah proses agar bisa menjadi sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar