Jatuh bangun berhasil dilaluinya sampai akhrinya ia berhasil menjadi Direktur di sebuah perusahaan sekuritas bernama HD Capital. Setelah bangkit, Robby Winindo memiliki keinginan untuk memperkenalkan pendidikan pasar modal semenjak sekolah.
Sore itu, saya menunggu sekitar 30 menit untuk dapat menjumpai Robby Winindo, Direktur HD Capital. Karena kesibukannya sebagai frontliner, kami harus bersabar menunggu ia menyelesaiakan pekerjaannya.
Kami lalu diboyong ke sebuah ruangan meeting seluar kira-kira 6x5 meter. Tak berapa lama, pria ramah itu muncul juga.
Tak seperti yang kami bayangkan, bahwa ia akan tampil rapi layaknya orang-orang yang bergerak di pasar modal, seperti BEI. Tetapi yang terlihat adalah Robby tampil begitu casual dengan berbalut kemenja lengan pendek dan celana panjang. Seragam itulah, yang menuntunnya hingga saat ini.
“Saya adalah tipe pemimpin yang non formal. Yang penting bagi saya income, bukan penampilan. Santai bukan berarti tidak rapi kan?” tuturnya santai.
Pria kelahiran Jakarta 13 Juni 1972 itu lalu menceritakan pahit manisnya bergelut di dunia pasar modal.
Salah jurusan
Keahlian dan bidang pekerjaan yang digeluti oleh pria yang hobi memasak itu memang ajaib. Bagaimana tidak, keduanya berbanding terbalik.
Robby adalah Sarjana Teknik dan Manajemen Industri dari Institut Teknologi Indonesia, Serpong. Akhir masa kuliah dihabiskannya dengan menjadi asisten laboratorium. Ketika skripsi, ia malah tertantang untuk mencicipi dunia forex. Alhasil skripsi nya pun terbengkalai.
“Saya ditawari oleh ayah. Tetapi saat itu baru di perusahaan forex. Itu juga saya tidak punya pengalaman sama sekali,” katanya.
Ketertarikan di lingkup pasar modal diawali dengan menonton film Wall Street. Dunia pasar modal yang begitu dinamis rasanya membuat Robby begitu tertantang, dan ingin merangsek masuk ke dalamnya.
Lulus kuliah tahun 1996, Robby malah tertarik bergabung dengan perusahaan pasar modal. Padahal ada tawaran yang lebih menggiurkan di perusahaan Jepang.
“Padahal saya sudah tinggal training di Singapore. Tetapi saya ingin tantangan baru. Akhirnya saya harus rela meninggalkan bakal karir yang sesuai disiplin ilmu saya, demi keinginan saya untuk belajar pasar modal,” jelasnya.
Sore itu, saya menunggu sekitar 30 menit untuk dapat menjumpai Robby Winindo, Direktur HD Capital. Karena kesibukannya sebagai frontliner, kami harus bersabar menunggu ia menyelesaiakan pekerjaannya.
Kami lalu diboyong ke sebuah ruangan meeting seluar kira-kira 6x5 meter. Tak berapa lama, pria ramah itu muncul juga.
Tak seperti yang kami bayangkan, bahwa ia akan tampil rapi layaknya orang-orang yang bergerak di pasar modal, seperti BEI. Tetapi yang terlihat adalah Robby tampil begitu casual dengan berbalut kemenja lengan pendek dan celana panjang. Seragam itulah, yang menuntunnya hingga saat ini.
“Saya adalah tipe pemimpin yang non formal. Yang penting bagi saya income, bukan penampilan. Santai bukan berarti tidak rapi kan?” tuturnya santai.
Pria kelahiran Jakarta 13 Juni 1972 itu lalu menceritakan pahit manisnya bergelut di dunia pasar modal.
Salah jurusan
Keahlian dan bidang pekerjaan yang digeluti oleh pria yang hobi memasak itu memang ajaib. Bagaimana tidak, keduanya berbanding terbalik.
Robby adalah Sarjana Teknik dan Manajemen Industri dari Institut Teknologi Indonesia, Serpong. Akhir masa kuliah dihabiskannya dengan menjadi asisten laboratorium. Ketika skripsi, ia malah tertantang untuk mencicipi dunia forex. Alhasil skripsi nya pun terbengkalai.
“Saya ditawari oleh ayah. Tetapi saat itu baru di perusahaan forex. Itu juga saya tidak punya pengalaman sama sekali,” katanya.
Ketertarikan di lingkup pasar modal diawali dengan menonton film Wall Street. Dunia pasar modal yang begitu dinamis rasanya membuat Robby begitu tertantang, dan ingin merangsek masuk ke dalamnya.
Lulus kuliah tahun 1996, Robby malah tertarik bergabung dengan perusahaan pasar modal. Padahal ada tawaran yang lebih menggiurkan di perusahaan Jepang.
“Padahal saya sudah tinggal training di Singapore. Tetapi saya ingin tantangan baru. Akhirnya saya harus rela meninggalkan bakal karir yang sesuai disiplin ilmu saya, demi keinginan saya untuk belajar pasar modal,” jelasnya.
Januri 1997, Robby mengawali karirnya di Harumdana Sekuritas, di sana, ia bertindak sebagai Equity Dealer dan berkembang menjadi Equity Sales hingga 30 Juli 1998.
“Saya tidak tahu-menahu tentang dunia ini, tetapi saya nekat saja. Saya pikir dengan belajar, semua pasti bisa. Dan ketika itu, saya memang tertarik untuk investasi, dengan tujuan cepat kaya,” katanya sambil tertawa.
Ternyata tenaga ahli di dunia pasar modal masih jarang di Indonesia. Hal itulah yang menjadikan Robby merasa tertantang. Karir di pasar modal juga dirasa lebih cemerlang jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang lebih mapan.
Betul saja, hanya dalam tempo setahun, Robby lalu pindah kerja ke Minsuco Omega Securities. Karirnya pun menanjak sebagai Sales Manager.
Dan pada bulan Agustur 2000, hingga saat ini, Robby bisa menikmati karirnya sebagai Direktur di PT HD Capital Tbk.
Ia membawahi sekitar 40 karyawan di perusahaannya. Di mata karyawan, Robby adalah tipe pemimpin yang asyik untuk diajak kerjasama. Ia pun tak neko-neko mengatur penampilan anak buahnya.
“Yang penting penampilan sopan, kerjaan beres, dan dapat income,” tuturnya sambil tersenyum.
Investasi berantakan
Bergerak di bidang pasar modal bukan tanpa kendala. Kadangkala, Robby dipusingkan dengan berbagai masalah di dalamnya.
Ketika duduk sebagai frontliner tahun 2002, ia berpikir harus punya income di luar pekerjaannya yang bisa menghasilkan income tetap per bulan.
Akhrinya ia mendirikan usaha di luar bidang yang ia kuasai. Bergabunglah ia dengan teman-temannya di sebuah usaha industri lain.
Akhirnya ia merugi hingga banyak sekali, dan semua materi yang ia punya hilang begitu saja.
“Saya banyak dapat pelajaran dari situ. Saat saya kena, saya sempat stress, tetapi ketika fase itu lewat, saya mulai berpikir lagi. “ katanya.
Robby pernah menelan pil pahit selama berkali-kali. Dari situlah, ia belajar stress pasti ada, dan bagaimana menghadapinya.
“Itu dijadikan tujuan saja. Tetapi saya pikir hidup itu harus berusaha. Kita harus berusaha lagi. Kalau semua sudah dilakukan, tetapi masih gagal, lakukan lagi sambil kita evaluasi kegagalan kita, jangan sampai stress.”
Kita tidak pernah tahu juga kan berkat sekarang yang kita terima apakah berkurang atau bertambah di kemudian hari. Kalau kita tidak bisa mensyukuri berkat yang kecil, bagaimana kita bisa menerima yang lebih besar. Jangan mengharapkan terlalu banyak, jalani saja,” jelasnya.
Dari situ, Robby kemudian mencoba untuk menata ulang karir yang telah ia jalani. Dari situ, ia sadar, bahwa kesuksesan tak hanya masalah materi semata.
“Sukses yang penting happy,”tuturnya.
Ingin pendidikan pasar modal dikenal sejak sekolah
Robby memiliki keinginan terdalam, pasar modal mulai dikenal oleh masyarakat awam. Ia ingin pendidikan pasar modal ditanamkan semenjak dini.
Robby berpendapat suatu bangsa haru melek investasi. Apalagi bangsa besar seperti Indonesia. Untuk itu, ia sangat mengharapkan pendidikan pasar modal mulai diperkenalkan semenjak sekolah.
“Paling tidak sejak SMP, pengantar pasar modal sudah ditanamkan, sehingga di waktu kuliah, tinggal meneruskan saja. Seperti jaman dulu, ada gerakan ayo menabung di zaman orde baru. Jadi masyarakat awam sudah teredukasi sejak dini,” terangnya.
Dengan hal tersebut, paling tidak ketika lulus kuliah, orang sudah memahami dunia pasar modal. Suatu investasi modern, pengganti gerakan ayo menabung di jaman tradisional dulu.
Tak terasa hari mulai gelap. Suasana malam telah berganti di tengah obrolan yang kami mulai dari sore hari.
Sosok Robby yang sederhana, namun kaya ilmu, kiranya bisa menjadi inspirasi Anda dalam berkarir di bidang apapun juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar