Rabu, 11 Januari 2012

Gagal Jadi Pengacara, Hasim Halim Sukses di Dunia Asuransi





E-mail

Bakat terpendamnya sebagai marketing telah terpupuk dari kecil. Hal inilah yang menjadikan Hasim Halim, Director Consumer Corporate Marketing PT Asuransi Raksa Pratikara sukses menekuni dunia marketing yang sebenarnya. Padahal cita-cita masa mudanya ingin menjadi pengacara. Bagaimana Hasim bisa memutuskan berbelok arah?

hasim0112Merintis karier di dunia marketing bukanlah hal yang mudah. Apalagi hal ini berkenaan dengan dunia asuransi. Ditambah lagi, ilmu tentang dunia asuransi tidak dikuasai sama sekali. Hal inilah yang terjadi pada Hasim Halim.

Asuransi Raksa Pratikara merupakan kelanjutan dari Asuransi Artapala yang didirikan sejak tahun 1975. Asuransi Raksa Pratikara merupakan salah satu dari sepuluh perusahaan asuransi terbesar di Indonesia dalam hal penghasilan premi bruto dan merupakan lima besar dalam perolehan premi bruto kendaraan bermotor.

Hasim Halim menjalankan pekerjaan di dunia asuransi dengan berbekal kemauan keras. Berkat kerja kerasnya, ia pun berhasil ikut mengharumkan nama PT Asuransi Raksa Pratikara.

Beberapa penghargaan berhasil diraih Hasim bersama perusahaannya. Tahun 2007, perusahaan ini pernah meraih Asuransi Umum Beraset 250 milyar-1 triliun dari Majalah Investor. Kemudian di tahun 2009 dalam acara Media Asuransi Award meraih 2nd Winner Best Insurance untuk kategori Peringkat Perusahaan Asuransi Umum dengan modal sendiri Rp 100-250 miliar.

Sarjana Hukum yang berbelok arah

Lulus SMU, Hasim tertarik untuk mendalami ilmu hukum, karena cita-citanya yang ingin menjadi seorang pengacara. Pada tahun 1988, ia lalu mengambil kuliah jurusan hukum di Universitas Tarumanegara. “Makanya orang bilang, manusia berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Itulah saya,” katanya sambil tertawa.

Sebelum lulus kuliah, Hasim tertarik untuk magang di PT Asuransi Artapala. Motivasinya ketika itu hanyalah untuk meringankan beban keuangan orangtuanya. “Saya sudah dikuliahkan, karena itu saya ingin sedikit meringankan beban orangtua saya. “ terangnya.

Ketika itu, ia bertindak sebagai part time operator telex. Hasim bekerja sejak jam 3 sore hingga malam. Di sana, ia banyak berhubungan dengan pihak luar negeri. Karena itulah, jam malam lebih sibuk daripada ketika siang hari, lantaran perbedaan waktu dengan negara di luar Indonesia.

Hasim mengaku awalnya hanya coba-coba di dunia asuransi. Lama-kelamaan, ia menikmati bekerja di dunia tersebut. “Asuransi itu memang general. Semua disiplin ilmu masuk. Dulu saya juga tidak pernah terpikir harus ambil jurusan special insurance kalau di asuransi,” tuturnya.

Karena sudah menikmati di bidang tersebut, maka lulus kuliah, cita-citanya pun terlupakan. Hasim telah merasa nyaman berada di lingkungan yang telah membesarkan kariernya.

Setelah menjadi part time operator telex, tahun 1988 ia menjadi Asisten Claim Manager di perusahaan tersebut. Tahun 1994, ia memutuskan untuk mengambil kursus asuransi untuk memperkaya pengetahuannya. Maka Hasim ikut kursus Insurance Management GIO Reinsurance di Australia.

Karirnya pun terus berkembang. Ia lalu menjabat sebagai Marketing Manager tahun 1995-1997. Dan di tahun 1997-1998, ia menjabat sebagai Senior Claim Manager. Tahun 1999, ia dipercaya menjadi Director Consumer Marketing. Dan di tahun 2010, Hasim kembali dipercaya untuk menjadi Director Consumer Corporate Marketing. “Sebagai prajurit, kita kan harus siap ditempatkan di mana saja,” kata anak ketujuh dari 10 bersaudara ini.

Hasim tumbuh dari keluarga sederhana. Kedua orangtuanya memiliki usaha tekstil. Keluarganya yang sederhana memiliki prinsip untuk memberikan warisan dalam bentuk ilmu. “Kata ayah ibu saya, ilmu itu tidak akan habis. Itulah yang saya ingat sampai sekarang,” kata pria yang hobi olahraga tersebut.

Sejak duduk di bangku SD, ia pun rajin membantu orangtuanya menjaga toko. Ketika liburan panjang datang, bukan rekreasi yang didapatnya, melainkan membantu ayah ibunya di toko tekstil.

Keharusan untuk berjualan menjadikan jiwa marketing-nya mulai muncul. Hasim kecil mulai terbiasa dengan sopan menyapa pelanggannya. Mengambilkan apa yang diinginkan oleh pelanggan, agar mereka mau mengunjungi tokonya kembali. Di mata keluarga, Hasim termasuk orang biasa-biasa saja. Ia jarang bermain dengan teman-temannya. Hasim lebih memilih untuk menjadi anak rumahan.

Dua puluh empat tahun berkecimpung di dunia asuransi bukanlah hal yang mudah. Hasim telah melewati pahit getirnya menjadi karyawan. Karena itu, ketika menjadi pemimpin, ia tetap menyukai pekerjaan dengan produktivitas kerja yang tinggi. Kepada anak buah, ia selalu mengutamakan diskusi. Saling melengkapi, begitu ia biasa mengatakannya.

“Yang kita jual dalam asuransi itu sebetulnya hanyalah kepercayaan. Bagaimana agar klien itu mau percaya pada produk kita. Karena itu, tidak bisa bekerja sendirian," katanya.

Sebagai seorang pimpinan, banyak orang lupa diri, bahkan menjadi sombong. Mengenai hal tersebut, Hasim berpendapat bahwa seorang pemimpin tidak boleh sombong. “Kalau sombong, bagaimana nantinya bisa memberikan apresiasi ke karyawannya,” terang pria kelahiran Jakarta, 7 April 1962 tersebut. (*/dini)

Link: http://ciputraentrepreneurship.com/entrepreneur/nasional/intrapreneur/14195-gagal-jadi-pengacara-hasim-halim-sukses-di-dunia-asuransi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar