Kamis, 12 Januari 2012

Yanti Triwadiantini Sebarkan Manfaat Untuk Banyak Orang

Drs Yanti Triwadiantini MPhil, biasa dikenal sebagai Yanti Koestoer merupakan sosok yang smart dan fun. Saat ini ia bekerja sebagai Executive Director Indonesia Bussines Links (IBL), yaitu sebuah lembaga nirlaba yang mengemban misi untuk mengkampanyekan praktek bisnis yang beretika, bertanggung jawab sosial, memperhatikan kelestarian lingkungan alam serta mendorong kemitraan berbagai pihak untuk pembangunan di Indonesia.

Ketika dijumpai di kantor IBL di Menara Kartika Chandra, Jakarta, Yanti tampak sederhana berbalut kemeja hitam putih bergaris serta celana panjang hitam. Pump shoes hitam menyertai langkah kakinya. Ketika Vibizlife menemuinya, kesan pertama yang kami dapatkan, Yanti merupakan sosok wanita yang serius dan pendiam. Namun beberapa menit kemudian, kesan itu luntur, karena kami sudah masuk dalam obrolan yang penuh canda. Dengan penuh senyum, Yanti pun bercerita mengenai kisah suksesnya.




Nabung untuk Kuliah


Menerawang kesuksesan Yanti memang tak ada habisnya. Ternyata ibu dua putra ini sudah berkarir sejak kuliah. Ia mulai ikut sebagai peneliti untuk bidang lingkungan hidup di Universitas Indonesia (UI) saat semester akhir.

“Saat itu memang minat saya ke bidang lingkungan hidup. Makanya walaupun bidang saya kimia murni, tetapi saya ambil ilmu lingkungan hidup, karena pada tahun 1980an, ilmu itu belum dikenal secara luas.” alasannya ketika ditanya mengapa tertarik mengambil jurusan Kimia. Yanti pun dinobatkan sebagai mahasiswi teladan pada tahun 1984.

Tahun 1985 ia lulus menjadi sarjana kimia. Ketertarikan pada lingkungan hidup inilah yang membawanya untuk mengambil S2 di Griffith University, Australia jurusan lingkungan hidup.

Namun perjalanannya menuju kesana tidak mulus, ia harus membiayai kuliah sendiri, dan ternyata biaya hidup di Australia sangatlah mahal. Ia lalu mencoba mencari beasiswa, namun saat itu tak tersedia.

Akhirnya, ada seorang professor, yaitu Prof. Des Connell yang melihat kegigihannya untuk kuliah. “Dia melihat semangat saya, lalu dia biarkan saya duduk sebagai murid tanpa bayar dan tanpa ujian. Sambil menunggu mengumpulkan dana." ceritanya penuh semangat.

Dua tahun ia menjalani kuliah di Griffith University. Selama itu, ia menabung dengan berbagai cara. Dari penerbit UI, ia masih mendapatkan kontrak untuk menangani proyek World Bank yang bertugas menterjemahan buku-buku bidang kimia dan lingkungan.

Karena keahlian tersebut, ia lalu menawarkan untuk menjadi penerjemah beberapa buku sang professor ke dalam bahasa Indonesia.

Tak disangka gayung pun bersambut. Akhirnya ia berhasil menabung lewat hasil terjemahannya. Ketika ditanya nominalnya, Yanti pun hanya tersenyum sambil menjawab,” Ya hasilnya lumayan, saya tidak perlu pusing untuk membiayai kuliah saya.” Cerita wanita yang hobi membaca ini.

Sekitar tahun 1992-1993, Yanti bekerja di PT Barito di Jakarta. Perusahaan tersebut dijalankan oleh pamannya. Yanti yang tidak nyaman berada di area nepotisme, sadar bahwa di tempat lain ia bisa semakin berkembang. Yanti pun kemudian menjadi pegawai di The Australian Trade Commission (AUSTRADE) di kedutaan Australia di Jakarta.

Tahun 1993-1996, dia menjabat sebagai Marketing Manager bidang lingkungan dan energi. Di tahun 1996-1997, ia kembali dipercaya sebagai Bussiness Development Manager untuk Australian Environmental Management Export Dan di tahun 1996-1997, ia kemudian menjabat sebagai Senior Marketting Manager bidang infrastruktur, energi, dan lingkungan.

Selama karirnya, Yanti bertugas menjembatani bisnis dan investasi antara Indonesia dengan Australia.

Dalam menapaki karirnya, ternyata selalu mengalami perkembangan. Ia tak hanya menjadi konselor bidang kimia dan lingkungan hidup untuk Australia saja, tetapi mulai dipercaya sampai lingkup Asia Tenggara.


Misi Lingkungan dan Sosial

Tujuh tahun ia mengenal Australia, dan sempat hidup disana membuatnya kenal betul seluk-beluk bisnis kimia, “Sekali lagi saya tidak percaya pada bisnis-bisnis yang sifatnya hanya mencari profit jangka pendek, karena saya tidak yakin itu bisa langgeng.” tuturnya.

Tahun 2000, Yanti berada di puncak karir. Saat itu usianya 39 tahun. Ia diundang oleh Noke Kiroyan dan Heru Prasetyo, pendiri Indonesian Business Links. Keduanya punya misi yang sangat mulia. Waktu itu krisis moneter tahun 1999, kedua pimpinan perusahaan multinasional Rio Tinto dan Accenture tersebut memiliki misi untuk menyelamatkan bisnis di Indonesia agar bisa tetap survive.

Dengan berbekal ketekunan dan kemauannya untuk terus berkembang, ia lalu meninggalkan karirnya untuk belajar lebih dalam mengenai bisnis dan apa dampaknya bagi orang lain.

Dari situ, ia kemudian banyak berdiskusi dengan para CEO. Yanti berbicara dari hati ke hati “Ternyata dari perusahaan yang saya pikir arogan, ada hati-hati manusia yang menggerakkan, dan hati itu adalah hati para CEO.” ungkapnya. Ia lalu berpikir untuk tidak hanya berkutat di level CEO saja, pendekatan dilakukan sampai tingkat junior. Hal ini ternyata berhasil “Saya bekerja untuk membuat sebuah perubahan.” katanya.


Sebarkan Manfaat untuk Banyak Orang

IBL berfungsi sebagai fasilitator kemitraan, dan katalisator bagi perusahaan-perusahaan yg berwawasan pada kesinambungan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan kekuatan itu, IBL pun tumbuh menjadi besar.

Dari program awalnya yang hanya satu, sekarang telah bertambah menjadi 5 program. “Makanya staf saya sekarang ada 22 orang. Ada 5 tim, dari awalnya yang cuma sendiri.” tuturnya.

Anak-anak buah Yanti adalah fasilitator dan manajer yang piawai secara teknis maupun secara normatif, sanggup bergaul dengan berbagai pihak secara professional. “Saya pikir itu suatu profesi yang relatif baru. Tidak disadari pentingnya peran fasilitator, meskipun azas gotong royong telah ada puluhan tahun di Indonesia. Dan profesi ini yang akan saya sosialisasikan.” ujarnya.

Berperan di IBL menurutnya tidaklah gampang. Yanti harus bisa menjamin bahwa mitra atau klien dan karyawannya bisa bekerjasama untuk menyatukan kekuatan dan mengesampingkan kelemahan mereka untuk mencapai suatu tujuan. “Apapun yang saya tempuh, yang penting saya melakukannya untuk memberikan manfaat bagi banyak orang, karena saya merasakan sumber kebahagiaan saya disitu.” katanya.Yanti pun terus mengembangkan network.


Untuk anda yang tertarik menekuni profesi seperti Yanti, ia memberikan tipsnya. Menurutnya anda harus tekun, gigih, dan disiplin. Nikmati dan cintailah pekerjaan anda. Sempatkan untuk menjaga integrity, dan trust, karena trust adalah sumber daripada segalanya. Dan jangan lupa untuk menghargai orang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar