Senin, 30 Januari 2012

Pentingnya Industri Alas Kaki Bagi Eddy Widjanarko

Prestasinya dalam mengembangkan dunia persepatuan di Indonesia sudah tak diragukan lagi. Minatnya terhadap dunia fashion dilakoni Eddy Widjanarko dengan sepenuh hati. Eddy sukses berkarir dengan semangat yang tinggi. Sehingga kurang lebih 27 tahun, Eddy berhasil dengan gemilang memajukan industri sepatu di Indoensia.

Beberapa merk sepatu Indonesia berhasil ia ekspor ke luar negeri. Katakanlah Barbie, Mickey dan Minnie Mousse, 9 Princess, dan Bubble Gummers dari Bata.

Alas kaki tersebut berhasil diekspor ke beberapa negara, seperti Inggris, Perancis, Italia, Belanda, Belgia, Swedia, Italia, Irlandia, Kanada, Mexico, Autralia, New Zealand, Malaysia, dan Thailand.

Karena hal itulah, ia lantas didaulat menjadi Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Asosiasi Persepatuan Indonesia.

Eddy optimis sepatu buatan Indonesia bisa dikenal hingga tingkat dunia. Ia bahkan mengatakan bahwa sepatu sudah menjadi jiwanya hingga saat ini.


Ingin memajukan industri persepatuan di Indoenesia

Sejak tahun 1996-2012, Eddy menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo). Telah banyak usaha yang ia rancang bersama Aprisindo. Diantaranya melakukan kerjasama dengan Italian Trade Comission untuk mendatangkan pelatih di bidang sepatu. Niatnya cukup tulus, Eddy ingin membantu para pengrajin Usaha kecil Menengah (UKM).

Lalu, bersama Aprisindo, ia juga melakukan kerjasama di bidang pembuka pola atau desain. Salah satunya, di Universitas Maranata, Bandung. Saat ini di universitas tersebut telah hadir kurikulum khusus yang mempelajari soal sepatu.

Belum lagi, lomba desain, yang Aprisindo adakan di Surabaya dan Jakarta untuk menjaring bakat-bakat para desainer. Bersama Aprisindo juga ia mengirim beberapa desainer ke Italia.

“Saya ingin sepatu kita itu betul-betul bisa menjadi tuan rumah di negara kita sendiri. Yang kedua, kita ingin desain sepatu kita bisa dikembangkan. Bahkan di Indonesia itu suatu saat ada yang go international. Seperti di Malaysia ada Jimmy Choo, dan di Jepang punya Kenzo.” Demikian harapannya.

Tampil eksentrik sedari kecil

Sedari kecil, Eddy memang kerap tampil eksentrik. Ia sering bergaya layaknya penyanyi punk dengan model rambut Mohawk. Eddy kecil juga hobi menggambar. Pelajaran menggambar tak pernah dilewatinya. Dari situlah, ia senang mencoret-coret model sepatu.

Namun bakat tersebut ternyata tak digelutinya secara serius. Lulus SMU, ia malah mengambil kuliah jurusan ekonomi di Manchester, Inggris. “Ekonomi membuat hidup kita lebih sejahtera.” Begitu alasannya ketika ditanya ketertarikannya terjun untuk menekuni kuliah ekonomi.

Menamatkan kuliah di Polytechnic of Economy di Manchester, Inggris, membuat pengetahuan Eddy terhadap dunia industri semakin kaya. Tamat kuliah, ia lalu bekerja di Pabrik Sepatu Bata sebagai Business Development Officer tahun 1983-1988. Setelah itu, ia bekerja di Pabrik Sepatu Adidas tahun 1988-1989. Di perusahaan sepatu Adidas, Eddy lantas menjadi pinonir pembukaan Adidas ekspor di Indonesia.

Pabriknya pernah terbakar dan didemo

Pada tahun 2000, Eddy mulai mendirikan pabrik sepatu di kawasan Surabaya. Ia memakai modal dari tabungannya selama bekerja, dan mendapatkan sedikit tambahan dari ayahnya yang seorang nelayan, dan ibunya yang menjadi guru.

Eddy membawahi sekitar 2700 karyawan di pabriknya. Meng handle begitu banyak orang bukanlah sesuatu hal yang mudah. Malah, Eddy pernah didemo para pegawainya.

Dengan sedikit kompromi, masalah itu akhirnya terselesaikan. “Ternyata apa yang saya lakukan itu menjadikan saya dekat dengan karyawan. Karyawan lebih sungkan. Ketika saya susah, mereka ikut susah, begitu pula sebaliknya.” Terang pria kelahiran 18 Agustus 1961 tersebut.
Eddy mengaku asset yang paling berharga di matanya ialah para karyawan.

Selain demo, Eddy juga pernah merasakan pahitnya menjadi pengusaha. Beberapa tahun lalu parbiknya pernah terbakar selama dua kali. Namun Eddy tak patah semangat. Garis polisi yang masih terpasang tak menghalangi niatnya untuk kembali membangun pabrik bersama para karyawannya.

Puing-puing bekas kebakaran ia singkirkan bersama karyawannya. Mesin-mesin pun ternyata tak ikut terbakar. Alhasil dalam waktu dua minggu, ia berhasil membangun kembali pabriknya. Dan para karyawan sudah dapat kembali bekerja.

Pahit getir lain dalam karirnya juga pernah ia rasakan. Diantaranya, beberapa kali ditipu oleh rekan terdekat, hingga menurunkan harga sampai titik terendah.

Jalan-jalan ke mall di sela waktu sibuk

Di sela-sela kesibukannya, Eddy kerap melaungkan waktu untuk hang out di mall. Di mall, ia bisa refreshing sekaligus melihat perkembangan tren sepatu terkini. “Saya suka hal-hal yang cantik, seperti penataan toko dan model sepatu terbaru.” Katanya ketika ditanya hobinya tersebut.

Hal lain yang bisa mengusir jenuhnya bekerja ialah dengan melihat karyawannya yang masih bekerja hingga larut malam. Melihat karyawannya bekerja merupakan kebanggaan tersendiri buatnya. Eddy merasa semangat setelah melihat karyawannya bekerja tak kenal lelah.

Selain itu, ia juga aktif mengisi waktu dengan ikut berorganisasi. Diantaranya sebagai Ketua Komite Tetap Perdagangan Luar Negeri di Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN). Tahun ini, ia juga dipercaya menjadi International Director di Lions Club. Di sana, Eddy membawahi beberapa negara, seperti Indonesia, Australia, Papua Nugini, dan Fiji Island.


Sukses dengan bertahan di bidangnya

Ketika ditanya mengenai arti sukses, dengan terbuka Eddy mengatakan bahwa sukses adalah yang terpenting bisa bertahan dan masih bisa bekerja.

“Kesuksesan buat saya bukan diukur dari perusahaan itu besar atau tidak. Tapi sukses itu dilihat dari apakah kita masih bisa bertahan, masih bisa bekerja, dan masih berjalan dengan baik.” Ungkapnya.

Eddy tak ingin ditinggalkan oleh karyawannya. Karena ia merasa semua karyawan mau membelaanya dalam keadaan apapun “ Kalau saya dengar mereka jam 9 masih di kantor, itu saya merasa sukses sekali. Kok ternyata ada yang mau berkorban untuk saya.” Ungkapnya.

Ia juga merasa sukses lantaran model sepatunya masih laku terjual di pasaran. “Banyak orang yang lebih sukses dari saya, tetapi masih ada customer yang datang ke saya. Itu merupakan kepuasan tersendiri buat saya. “ katanya.

Untuk anda yang tertarik menggeluti dunia bisnis sepatu, berikut kiat Eddy, agar bisnis anda berjalan baik.

Menjadi orang yang aktif mengetahui susasana pasar, professional, fokus, dan selangkah lebih maju adalah resepnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar