Dari sekedar hobi, Benyamin Rahyanto Sarmanella memperluas lingkup karirnya. Ia melahap karir di dunia music dan media sekaligus. Bagaikan sekeping mata uang, yang berbeda sisinya. Itulah kehidupannya.
Tak kenal dengan nama Benyamin Rahyanto Sarmanella? Bagaimana dengan DJ Blanco? Dua nama tersebut berasal dari satu orang yang sama, lho. Pasti anda tak asing lagi bukan dengannya. Ia adalah salah satu DJ terkemuka di Indonesia.
Kemegahan dunia DJ ditelusuri pria yang akrab disapa Benny itu, dan kini ia pun merambah keahliannya di bidang marketing. Berbanding terbalik dengan gemerlapnya dunia malam, siang hari Benny melakoni pekerjaan sebagai Marketing&Communication Manager Global TV.
Ketika bertandang ke kantornya yang terletak di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan, Benny tampak buru-buru, karena harus menyelesaikan pekerjaannya yang sudah menumpuk.
Di salah satu ruangan meeting, kami melakukan obrolan santai seputar dunia karirnya yang dimulai dari hobi tersebut.
Dari party ke party
Dari kecil, Benny sudah memperlihatkan bakatnya menjadi seorang DJ. Bukan gemar mendengarkan musik, melainkan selalu asyik sendiri dengan trend mainan yang ketika itu sedang booming. Sebut saja, video game atau tamiya.
“Saya sangat suka dengan model-model mainan terbaru. Suka ngutak-ngutik dan juga hobi banget nonton TV,” ceritanya.
Hobi mengutak-atik ini lalu terbawa hingga remaja. Sebuah piringan hitam pun menjadi hobi baru untuk di utak-atik.
Mixing berbagai musik dan lagu pun dilakoninya. Dari situ, muncullah keinginan untuk bergelut di dunia gemerlap.
“Waktu itu, saya belum punya alatnya. Masih sering nebeng di rumah teman 'tongkrongan',” katanya.
Gemerlap dunia malam dilalui Benny tanpa sengaja. Hobinya bergaul dengan teman-temannya semasa kuliah di Mount Vernon College, USA menimbulkan suatu inspirasi untuk ''nyemplung di dunia gemerlap.
Ia semakin mengenal dunia tersebut, yang dirasanya asyik dan penuh dengan kesenangan. Dari sana, ia menerima tawaran untuk nge-DJ di sebuah acara ulang tahun.
Dari party satu ke party lainnya, Benny pun laris ditanggap nge-DJ.
“Masih event kecil-kecilan sih,” katanya.
Bukan hanya nge-DJ, konflik yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat kedua orangtua Benny panik. Akhirnya, ia disarankan untuk tinggal sementara di USA.
Selama di negeri orang, Benny bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping sebagai DJ, ia juga bekerja sebagai Buyer’s Assistant di Showhomes Of America, McLean, Virginia, U.S.A dari bulan Agustus 1997 hingga Desember 1998.
Tahun 1999, Benny kembali melamar pekerjaan sebagai Marketing Assistant di Universal Vision, Arlington, Virginia, U.S.A selama setahun.
Tahun 1999, paspor nya habis. Terpaksa Benny harus kembali ke Indonesia. Ketika itu, ia belum memiliki pekerjaan tetap di Indonesia, sehingga ia rajin menerima tawaran nge-DJ.
Memiliki gelar Master of Bussiness Administration in General and International Business, seharsunya membuatnya tak kesulitan untuk melamar pekerjaaan di Indonesia.
Namun, setibanya di Indonesia, dia malah memilih untuk melakoni kembali pekerjaannya sebagai DJ.
Di tahun 2000, Benny bertemu dengan sahabatnya dari SD, yaitu Mutia Kasim. Mutia lantas mengajaknya untuk bergabung ke Hardorck FM, sebuah radio di Jakarta, tempatnya bekerja.
Di sana, dia menjabat sebagai Advertising and Promotions Executive selama setahun.
Benny lalu menjadwalkan sendiri waktunya. Weekend, dia tetap menerima tawaran sebagai DJ, sementara hari biasa, dia bekerja di radio.
“Waktu itu saya berpikir, saya tidak akan bisa terus-terusan menjadi DJ. Mungkin sekarang nge-top, tetapi 10 tahun lagi, pasti akan muncul DJ-DJ baru.
Istri presenter Indy Barends ini pun langsung jatuh cinta pada media. Karirnya terus melebar tak hanya di radio, tetapi juga majalah, dan televisi.
“Saya ingin mempelajari media secara lengkap. Dari media cetak sampai elektronik. Akhirnya malah ketagihan sampai sekarang, “ tuturnya.
Jalin Networking
Menjalin relasi adalah satu hal yang wajib dijalankan dalam hal apapun menurut Benny.
Dari pekerjaannya sebagai DJ, Benny sadar, relasi begitu penting. Karena itu, ia selalu menjalin relasi dengan baik kepada siapa saja. Baik itu teman ataupun klien.
Ketika ia bekerja di media, hal tersebut menjadi kebiasaan yang positif. Dari terjalinnya relasi ini, pekerjaan Benny yang menuntut untuk selalu dekat dengan banyak orang pun menjadi sangat terbantu akibat kedekatannya dengan banyak orang.
“Pekerjaan saya sebagai DJ sangat membantu ketika saya menjadi marketing. Para opinion leader, biasanya senang ngumpul pada saat weekend, Jumat dan Sabtu malam. Akhirnya saya bisa bertemu klien saya justu pas hari weekend, dan ngobrol nya jadi enak, Networkingnya jadi sangat membantu,” katanya.
Di Global TV sekarang, Benny mengepalai dua divisi, yaitu event dan marchandising. Di divisi tersebut, Benny memiliki 10 anak buah.
Ingin karir lebih cemerlang
“Saya masih belum merasa sukses dalam karir," demikian Benny menjawab pertanyaan yang saya ajukan tentang definisi kesuksesannya.
10 tahun berada di industri media, membuat Benny ingin mencoba karir baru lagi.
“Saya merasa sudah memiliki cukup banyak networking dan koneksi yang baik. Saya kepikirain untuk membuka usaha. Tetapi belum punya rencana yang matang, “ katanya tentang rencananya ke depan.
Filososi yang selalu dipegangnya, adalah selalu semangat dan positif thinking.
“Apapun yang terjadi jangan berpikir secara buruknya. Pada saat kita berpikir negative, semangat kita akan turun. Tetapi pada saat kita berpikir positif, semangat kita akan kembali muncul. Dan jangan pernah lari dari masalah,” demikian tips nya.
Di balik seabrek aktivitasnya, Benny selalu mengatur waktu untuk berjumpa dengan keluarganya. Sekedar menemani anaknya menonton acara kesukaannya, seperti Ultraman atau Star Wars menjadi kebiasaan menyenangkan baginya.
Ia dan sang istri selalu mengatur waktu untuk bersama dengan keluarga. Jadwalnya yang seringkali bertabrakan dengan jadwal syuting istrinya, membuatnya kembali harus menyesuaikan jadwal, mereka memiliki waktu untuk bersenang-senang dengan kedua anaknya.
“Kalau sudah bentrok, ya terpaksa minta bantuan orangtua,” katanya yang tak mau menomor duakan keluarga.
Itulah Benny. Si DJ yang populer itu. Kehidupannya bagai dua sisi mata uang. Ia mampu mengimbangi gemerlapnya dunia malam, dengan pekerjaan ekstra dinamis yang dilakoninya di siang hari, serta menjaga keharmonisan rumah tangganya.
Tak kenal dengan nama Benyamin Rahyanto Sarmanella? Bagaimana dengan DJ Blanco? Dua nama tersebut berasal dari satu orang yang sama, lho. Pasti anda tak asing lagi bukan dengannya. Ia adalah salah satu DJ terkemuka di Indonesia.
Kemegahan dunia DJ ditelusuri pria yang akrab disapa Benny itu, dan kini ia pun merambah keahliannya di bidang marketing. Berbanding terbalik dengan gemerlapnya dunia malam, siang hari Benny melakoni pekerjaan sebagai Marketing&Communication Manager Global TV.
Ketika bertandang ke kantornya yang terletak di wilayah Kuningan, Jakarta Selatan, Benny tampak buru-buru, karena harus menyelesaikan pekerjaannya yang sudah menumpuk.
Di salah satu ruangan meeting, kami melakukan obrolan santai seputar dunia karirnya yang dimulai dari hobi tersebut.
Dari party ke party
Dari kecil, Benny sudah memperlihatkan bakatnya menjadi seorang DJ. Bukan gemar mendengarkan musik, melainkan selalu asyik sendiri dengan trend mainan yang ketika itu sedang booming. Sebut saja, video game atau tamiya.
“Saya sangat suka dengan model-model mainan terbaru. Suka ngutak-ngutik dan juga hobi banget nonton TV,” ceritanya.
Hobi mengutak-atik ini lalu terbawa hingga remaja. Sebuah piringan hitam pun menjadi hobi baru untuk di utak-atik.
Mixing berbagai musik dan lagu pun dilakoninya. Dari situ, muncullah keinginan untuk bergelut di dunia gemerlap.
“Waktu itu, saya belum punya alatnya. Masih sering nebeng di rumah teman 'tongkrongan',” katanya.
Gemerlap dunia malam dilalui Benny tanpa sengaja. Hobinya bergaul dengan teman-temannya semasa kuliah di Mount Vernon College, USA menimbulkan suatu inspirasi untuk ''nyemplung di dunia gemerlap.
Ia semakin mengenal dunia tersebut, yang dirasanya asyik dan penuh dengan kesenangan. Dari sana, ia menerima tawaran untuk nge-DJ di sebuah acara ulang tahun.
Dari party satu ke party lainnya, Benny pun laris ditanggap nge-DJ.
“Masih event kecil-kecilan sih,” katanya.
Bukan hanya nge-DJ, konflik yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997-1998 membuat kedua orangtua Benny panik. Akhirnya, ia disarankan untuk tinggal sementara di USA.
Selama di negeri orang, Benny bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping sebagai DJ, ia juga bekerja sebagai Buyer’s Assistant di Showhomes Of America, McLean, Virginia, U.S.A dari bulan Agustus 1997 hingga Desember 1998.
Tahun 1999, Benny kembali melamar pekerjaan sebagai Marketing Assistant di Universal Vision, Arlington, Virginia, U.S.A selama setahun.
Tahun 1999, paspor nya habis. Terpaksa Benny harus kembali ke Indonesia. Ketika itu, ia belum memiliki pekerjaan tetap di Indonesia, sehingga ia rajin menerima tawaran nge-DJ.
Memiliki gelar Master of Bussiness Administration in General and International Business, seharsunya membuatnya tak kesulitan untuk melamar pekerjaaan di Indonesia.
Namun, setibanya di Indonesia, dia malah memilih untuk melakoni kembali pekerjaannya sebagai DJ.
Di tahun 2000, Benny bertemu dengan sahabatnya dari SD, yaitu Mutia Kasim. Mutia lantas mengajaknya untuk bergabung ke Hardorck FM, sebuah radio di Jakarta, tempatnya bekerja.
Di sana, dia menjabat sebagai Advertising and Promotions Executive selama setahun.
Benny lalu menjadwalkan sendiri waktunya. Weekend, dia tetap menerima tawaran sebagai DJ, sementara hari biasa, dia bekerja di radio.
“Waktu itu saya berpikir, saya tidak akan bisa terus-terusan menjadi DJ. Mungkin sekarang nge-top, tetapi 10 tahun lagi, pasti akan muncul DJ-DJ baru.
Istri presenter Indy Barends ini pun langsung jatuh cinta pada media. Karirnya terus melebar tak hanya di radio, tetapi juga majalah, dan televisi.
“Saya ingin mempelajari media secara lengkap. Dari media cetak sampai elektronik. Akhirnya malah ketagihan sampai sekarang, “ tuturnya.
Jalin Networking
Menjalin relasi adalah satu hal yang wajib dijalankan dalam hal apapun menurut Benny.
Dari pekerjaannya sebagai DJ, Benny sadar, relasi begitu penting. Karena itu, ia selalu menjalin relasi dengan baik kepada siapa saja. Baik itu teman ataupun klien.
Ketika ia bekerja di media, hal tersebut menjadi kebiasaan yang positif. Dari terjalinnya relasi ini, pekerjaan Benny yang menuntut untuk selalu dekat dengan banyak orang pun menjadi sangat terbantu akibat kedekatannya dengan banyak orang.
“Pekerjaan saya sebagai DJ sangat membantu ketika saya menjadi marketing. Para opinion leader, biasanya senang ngumpul pada saat weekend, Jumat dan Sabtu malam. Akhirnya saya bisa bertemu klien saya justu pas hari weekend, dan ngobrol nya jadi enak, Networkingnya jadi sangat membantu,” katanya.
Di Global TV sekarang, Benny mengepalai dua divisi, yaitu event dan marchandising. Di divisi tersebut, Benny memiliki 10 anak buah.
Ingin karir lebih cemerlang
“Saya masih belum merasa sukses dalam karir," demikian Benny menjawab pertanyaan yang saya ajukan tentang definisi kesuksesannya.
10 tahun berada di industri media, membuat Benny ingin mencoba karir baru lagi.
“Saya merasa sudah memiliki cukup banyak networking dan koneksi yang baik. Saya kepikirain untuk membuka usaha. Tetapi belum punya rencana yang matang, “ katanya tentang rencananya ke depan.
Filososi yang selalu dipegangnya, adalah selalu semangat dan positif thinking.
“Apapun yang terjadi jangan berpikir secara buruknya. Pada saat kita berpikir negative, semangat kita akan turun. Tetapi pada saat kita berpikir positif, semangat kita akan kembali muncul. Dan jangan pernah lari dari masalah,” demikian tips nya.
Di balik seabrek aktivitasnya, Benny selalu mengatur waktu untuk berjumpa dengan keluarganya. Sekedar menemani anaknya menonton acara kesukaannya, seperti Ultraman atau Star Wars menjadi kebiasaan menyenangkan baginya.
Ia dan sang istri selalu mengatur waktu untuk bersama dengan keluarga. Jadwalnya yang seringkali bertabrakan dengan jadwal syuting istrinya, membuatnya kembali harus menyesuaikan jadwal, mereka memiliki waktu untuk bersenang-senang dengan kedua anaknya.
“Kalau sudah bentrok, ya terpaksa minta bantuan orangtua,” katanya yang tak mau menomor duakan keluarga.
Itulah Benny. Si DJ yang populer itu. Kehidupannya bagai dua sisi mata uang. Ia mampu mengimbangi gemerlapnya dunia malam, dengan pekerjaan ekstra dinamis yang dilakoninya di siang hari, serta menjaga keharmonisan rumah tangganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar