Nama Susan Budihardjo begitu berkibar di industri fashion tanah air. Semangatnya dalam memperkenalkan fashion pada masyarakat Indonesia begitu tinggi. Susan pun kini mampu melahirkan anak didik yang karyanya cukup diakui di jagad fashion.
Namanya terdengar begitu santer bagi penikmat dunia fashion di Indonesia. Sekolah fashion miliknya bahkan mampu melahirkan desainer berbakat, yang punya nama di negara ini. Sebastian Gunawan, Deny Wirawan, Eddy Betty, Widhi Budimulia, Sofie, dan Adrian Gan adalah beberapa lulusan dari sekolah milik Susan.
Koleksi busana para alumninya, begitu kuat dengan siluet futuristic sampai extravaganza. Namun tak jarang juga yang menampilkan kesan classic dan simple. Kesemuanya adalah didikan Susan Budihardjo, yang kerap dijuluki ibunya dunia fashion Indonesia. Ia mendirikan lembaga pendidikan berbasis fashion yang sekarang memiliki tiga cabang di Indonesia.
Kami menemui Susan di sebuah acara ulang tahun kerabatnya. Mengenakan mini dress berwarna biru tua, dengan tiga buah aksesoris berupa brooch bunga dan sebuah cuff, Susan terlihat masih menawan. Ia juga menerima kami dengan ramah, meskipun waktu yang diberikan hanya sebentar.
Seluruh kehidupan wanita paruh baya tersebut memang sepenuhnya dihabiskan untuk dunia fashion. Gemerlap panggung fashion disatroni wanita perfeksionis tersebut.
Buktinya, ia tak hanya merancang busana saja, namun juga memberikan kurikulum, mengajar, dan akhirnya menghasilkan desainer kenamaan yang cukup berpengaruh di ranah fashion Indonesia.
Mengejar Ilmu Hingga Negeri Cina
Susan kecil memang suka menggambar. Darah seni mengalir deras dari sang ibu, yang juga seorang guru menggambar. Kebiasaan menggambar ini lantas tumbuh hingga ia beranjak dewasa.
Susan sempat mencicipi jurusan arsitektur di Universitas Tarumanegara. Namun menjalani kuliah selama satu semester di sana, membuat Susan bosan. Susan pun mulai memilih untuk belajar fashion di ISWI sampai lulus tahun 1972.
Namun, Susan yang masih haus akan ilmu, ingin meneruskan pendidikan fashionnya ke luar negeri.
Peribahasa 'Kejarlah ilmu hingga negeri Cina' pun dilakoni Susan. Tahun 1974, ia berangkat ke London dan Kanada. Di sana, ia lagi-lagi mengambil kuliah jurusan fashion, untuk memperkaya ilmunya.
Banyak mendapat ilmu seputar dunia fashion, mencetuskan ide lain, bahwa ia tak ingin hanya menjadi seorang desainer saja, tetapi juga mau menekuni ilmu tersebut dan mentransfernya ke orang banyak.
“Sepertinya waktu itu antusiasme orang masih kurang, karena ketika itu fashion belum populer. Orang berpikiran kalau fashion itu identik dengan jadi tukang jahit. Tapi saya tertarik karena senang saja. Dan awalnya memang tidak berpikir kalau ini jadi peluang bisnis. “
Pulang ke Indonesia, tahun 1980, label busana Susan yang dinamakannya “Susan Budihardjo” pun mulai dikenal masyarakat. Susan pun terus melenggang dengan mendirikan sekolahnya yang diberi nama 'Lembaga Pengajaran Tata Busana Susan Budihardjo' di tahun yang sama.
Teman-temannya ternyata banyak yang memandang sebelah mata, dan tak sedikit yang berkata, “ Nggak salah buka sekolah. “
Tetapi Susan tetap mantap ingin menyumbangkan ilmunya. Ia pun sabar mengajar muridnya hingga berkembang pesat sampai sekarang.
“Awalnya saya hanya punya satu murid,” tuturnya.
Tiga tahun berselang, ternyata jumlah anak didiknya bertambah banyak, dan terus sukses hingga sekarang. Bahkan lulusan lembaga tata busananya sudah diakui eksistensinya di dunia fashion.
“Saya selalu mendorong anak-anak saya untuk tampil lewat kreasi. Kalau orang sudah mengakui saya sebagai pendidik, itu sudah cukup bagi saya," kata wanita yang selalu menyempatkan berkumpul dengan keluarga saat weekend tersebut.
Di matanya, perkembangan dunia fashion saat ini begitu membanggakan. Fashion mulai dipandang banyak orang sebagai profesi yang sangat menjanjikan.
“Dengan majunya fashion di negara kita ini, ini, sekarang setiap kita buka angkatan, ada anak muda yang baru lulusan SMA, sudah tertarik untuk sekolah fashion. Berarti kan mereka sudah memandang bahwa fashion itu adalah sesuatu bidang yang menjanjikan,” jelasnya.
Go with the Flow
Tiga buah sekolah Susan berkembang pesat di Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Anak didiknya juga mulai eksis di lingkup fashion tanah air. Tetapi, sebagai 'The Mother of Indonesian Fashion', Susan belum merasa sukses.
“Saya nggak merasa sukses, mungkin karena saya orangnya tak pernah puas. Tetapi Tuhan sudah memberi saya anugerah sampai saat ini. Ya sudah lah saya jalankan apa adanya,“ katanya.
Konsentrasinya saat ini hanyalah meningkatkan mutu dan kualitas sekolahnya untuk selalu menjadi lebih baik lagi.
“Saya tahu fashion berkembang terus, saya juga trus mencari, me-research, apa sih perkembangan mode saat ini, karena saya nggak bisa terus sekolah keluar kan, “ terangnya.
Satu hal yang patut diacungi jempol dari ibunya para desainer ini, adalah pencapaian prestasi yang didapat para anak didiknya selalu mendapatkan penghargaan, dan bisa diterima di panggung fashion Indonesia.
“Buat saya yang harus dipertahankan, bukan saya yang mendapat achievements, tetapi bagaimana anak didik saya bisa punya karya yang stabil dan punya identitas, itu sudah merupakan penghargaan menurut saya,” tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar