Rabu, 11 Januari 2012

Di Balik Turntable DJ Devina

Pagi itu, Devina dengan tenang melangkahkan kakinya ke lantai enam sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta. Di 1945 Music Factory (1945 MF), tempatnya mengajar, kami melakukan sesi wawancara. Meski tampak letih, Devina tetap ramah dan berusaha semangat melayani sederet pertanyaan yang saya ajukan seputar karirnya di dunia Disc Jockey (DJ).

Saya bertemu wanita bernama lengkap Devina Rosandi tersebut ketika ia baru saja mendarat di Jakarta. Devina baru pulang dari serangkaian acara pada beberapa kota besar di Indonesia.

“Belum sempat tidur nih. Tapi kalau entar-entaran, malah keburu ada janji lagi.” Katanya membuka sua kami.

Pertemuan kami lakukan di sekolah DJ nya di kawasan Senayan, Jakarta Selatan. Konsep sekolahnya cukup unik. Berada di dalam mall yang penuh dengan suasana santai. Di bagian depan, ada café dengan beberapa meja-kursi. Masih di tempat yang sama, terdapat shopping area, yang menjual beragam kaos dan perlengkapan musik. Dan agak ke dalam, barulah terlihat kelas-kelas tempat murid Devina belajar.

Sekolah itu bernama 1945 MF. Di situlah, wanita yang dikenal dengan nama panggung DJ Delizious Devina biasa mengajar anak didiknya. Bukan matematika, bahasa inggris atau komputer. Ia mengajar muridnya yang tertarik untuk menjadi Disc Jockey alias DJ.

Hingga saat ini, murid di sekolah tersebut berjumlah sekitar 50 orang. Bersama 1945 MF, Devina mengawali karirnya dari awal. Hingga akhirnya diajak koleganya sesama DJ, yaitu DJRomy, DJ Iman dan DJ Dade. untuk mendirikan sebuah sekolah.

“Kita ingin membuat satu konsep sekolah di mall,” jelas wanita yang mengajar untuk kelas advance itu.

Selain menjadi DJ dan pengajar, Devina juga menjabat sebagai Marketing Director di sekolah tersebut.

Terpikat Dunia DJ

Tak ada kerja keras yang tak membuahkan hasil. Karir cemerlang lahir berkat kemauan tinggi, kerja keras dan terus mengasah kemampuan. Selesai kuliah dan meraih suatu gelar membuat Devina tak puas begitu saja.

Bisa dibilang Devina menjadi DJ dengan modal nekat. Ia mengambil kuliah jurusan desain grafis, dilanjutkan dengan hospitality management di Martin College dan Sydney College, Australia.

Pulang ke Indonesia, Devina sempat bekerja di salah satu club di Jakarta sebagai Marketing Consultant. Ia melihat celah, bahwa kebanyakan DJ yang tampil adalah pria. Dari situlah, Devina melihat kesempatan terbuka untuknya.

Hobinya mengoleksi piringan hitam, dan sedikit mixing musik disco yang biasa ia lakukan di rumah, menimbulkan satu pemikiran baru di kepalanya. Ia ingin menjadi DJ.

“Kayanya jadi DJ lebih asyik. Apalagi di Indonesia DJ cewek belum ada," katanya yang ketika tahun 2003, ia melihat profesi DJ lebih banyak digeluti oleh pria.

Devina lantas mengasah kemampuannya pada DJ Gallant. Setelah itu, Devina melahirkan sebuah kolaborasi cantik. Tahun 2005, Ia sempat bergabung dengan DJ Milinka, dan mendirikan grup DJ, Electric Barbarellas. Duo ini adalah pionir DJ wanita di Indonesia kala itu.

Dari situ, tawaran nge-DJ pun laris manis. Devina lalu memutuskan untuk bersolo karir hingga saat ini.

Tarif nya pun melambung tinggi. Ditanya tentang hal ini, Devina menanggapinya sambil tertawa.

“Tarif nge-DJ aku middle lah, masih banyak yang lebih mahal daripada aku,” katanya.

Jika Anda mampir melihat performa panggungnya, Anda akan ter oleh genre musik electro dirty house, tech house, house, progresive house, dan tech tribal yang merupakan pilihannya dalam meramu house music.

Telan pil pahit

Gemar mengoleksi piringan hitam dan main musik yang mebuat Devina bisa eksis hingga sekarang. Namun semua itu bukanlah tanpa perjuangan.

Ia sempat menelan pil pahit, akibat keinginannya menjadi DJ. Tentangan dari sang mama sempat menghampirinya.

Tiga bulan lamanya, wanita yang hobi bersepeda dan berkuda tersebut harus rela dicuekin sang mama.

Ceritanya, Devina ketika itu ngumpet-ngumpet keluar malam untuk nge-DJ. Ibunya tak mengetahui profesi baru sang anak. Ketika itu, Devina masih bekerja sebagai marketing consultant.

Sang ibu yang mengira anaknya pergi clubbing, lantas kaget, ketika mendengar pengakuan Devina yang terang-terangan memilih profesi DJ, dan meninggalkan karir formalnya sebagai pekerja kantoran.

“Mama lumayan shock. Waktu itu dia sempet bilang. Kamu mau ngapain, mau jadi apa kerja malam,” tuturnya menirukan perkataan sang mama.

Tetapi, dengan penjelasan dan bukti yang diberikan, mampu membuat hati si ibu menjadi luluh.

Ibu Devina sempat melihat show anaknya beberapa kali, dan ternyata ia baru mengetahui, di balik pekerjaan yang identik dengn image negatif, Devina menjalankan karirnya secara professional, tanpa terpengaruh hal negatif, seperti drugs dan hal nakal lainnya.

Hingga saat ini, Devina bangga, mamanya bisa mendukung penuh dan merestui karir yang dirintisnya.

Bukan hanya itu, lewat musik jedak-jeduk, wanita funky tersebut berhasil menenangkan hati sang mama.

Tiap tetes keringat dari hasil jerih payahnya juga membuatnya didapuk sejumlah penghargaan bergengsi, diantaranya, The Best Female DJ for Redma Award tahun 2009, The Best Rookie DJ for Paranoia Award 2006, The Best Lokal DJ Performance dari Beat Magazine Award tahun 2005, dan masih banyak lagi penghargaan bergengsi lainnya.

“Aku ingin membuktikan, dunia malam bukan seperti yang dipikirkan banyak orang, seperti terpengaruh drugs dan hal negatif lain. Banyak hal positif yang bisa digali dari situ.
Meninggikan arti sukses

Perbincangan kami sepertinya harus berakhir, karena Devina sudah diberi kode untuk melakukan rangkaian meeting dengan para karyawan lain di tempat kami berbincang.

Sebelum menuntaskan temu kami, Devina pun meninggalkan tips nya untuk anda yang ingin terjun di dunia DJ.

Untuk menjadi DJ, anda harus selera musik yang variatif, bisa mengerti jenis musik yang berbeda, dan memiliki taste yang bagus.Selain itu, anda juga harus bisa membaca keinginan crowd, agar party bisa terus berlangsung dengan fun, dan memuaskan penonton yang hadir

Ketika saya menanyakan definisi suksesnya, ia tidak menerjemahkannya secara langsung. “Tinggi banget. Bukannya berarti nggak puas juga, tapi aku ingin lebih berkembang lagi, lebih berkreasi lagi, biar tambah sukses, “ katanya.

Jarum jam pun menunjukkan angka 12.00. Matahari di luar sana sudah tampak terik. Devina sepertinya juga harus beranjak melanjutkan aktivitasnya. Akhirnya saya pun mohon pamit.

Obrolan santai siang itu bersama DJ Devina memberikan sebuah kesimpulan, bahwa hal apapun yang kita inginkan, dengan kerja keras dan kerikil yang menyertainya, akan bisa dilalui dengan hamparan kesuksesan yang sebenarnya ada di depan mata.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar