Rabu, 11 Januari 2012

Jan Djuhana, Dari Toko Kaset ke Record Label

Kecintaannya terhadap dunia musik, bisa menjadikan Jan Djuhana eksis di bidang tersebut. Berbekal hobi dan pengamatan bermusik yang didapatnya secara otodidak, ia mampu membesarkan record labelnya terkenal hingga detik ini.

Dari banyaknya penyanyi, ada seseorang yang berjasa mengorbitkannya. Dialah Artist & Repertoire Senior Director, jabatan yang diemban Jan Djuhana di PT Sony Music Entertainment Indonesia, salah satu record label ternama di Indonesia.

Selama berjuang di industri musik, ia mengalami pasang surut, namun Jan berhasil mengorbitkan sejumlah penyanyi, sebut saja /RIF, Glenn Fredly, Padi, Tasya, Sheila on 7, Cokelat, Audy, Rio Febrian, The Groove, Superman is Dead, The Changcuters, dan masih banyak lagi penyanyi lainnya.


Dipusingkan oleh musik

Pekerjaan tim Jan setiap hari menyortir ratusan demo yang masuk. Setelah disortir, lantas demo tersebut dikirim ke mejanya. Ia pun mengambil keputusan untuk menyetujui demo tersebut atau tidak.

Jan juga bertugas untuk merekrut artis, sebagai produser rekaman, dan mengurusi promosi sang artis.

Dalam menyortir ratusan demo yang masuk, ternyata tidaklah mudah. Ia dipusingkan dengan segala jenis musik yang sampai ke telinganya.

“Saya dengarkan semua demo yang sampai ke meja saya. Dan itu tidaklah menghabiskan waktu yang sedikit. Kadang sampai saya bawa pulang. Di kantor, di mobil, sampai di rumah, semua demo saya dengarkan,” katanya.

Menghabiskan waktu untuk mendengarkan demo yang masuk bukanlah persoalan mudah. Kadang lagu-lagu yang sampai ke telinganya tidaklah easy listening alias komersil. Namun, Jan tetap sabar, dan menuntaskan semua lagu tersebut.

“Kalau demo-demo masuk, harus semua didengarkan. Juga tidak boleh cepat ambil keputusan jelek. Karena mereka membuat demo itu juga perlu berbulan-bulan baru selesai untuk mengirimkan karya mereka. Kalau kita memutuskan dalam satu menit menolaknya, itu kan kasihan mereka,” kata ayah 3 anak tersebut.

Banyaknya persaingnan di dunia industri musik Indonesia membuat Jan bangga bisa berada di dalamnya.Dunia musik di Indonesia pun dirasanya masih sangat menggairahkan.

“Karena kecanggihan alat-alat digital yang murah, anak-anak band sekarang bisa membuat demo sendiri di rumah. Itu luar biasa,” tuturnya.

Berawal dari toko kaset

Jan kecil sudah menjiwai seni. Apapun bentuk seni ia suka. Seperti seni lukis, seni suara, hingga desain interior. Ketika beranjak remaja, ia pun membentuk grup band bernama Navano dengan enam orang personil.

Bersama band- nya, Jan kerap mentas di sejumlah tempat membawakan lagu-lagu top 40 ketika itu, seperti The Beatles, Deep Purple, dan The Bee Gees.

Ketika beranjak SMU, Jan pun melirik bisnis lain. Yaitu menjual kaset. Ia sempat memiliki toko kaset di Glodok, Jakarta Barat. Bisnisnya lancar.

Jan lalu mengembangkan bisnis di bidang lain. Bisnis alat tulis kantor. Namun, bisnis toko kaset masih tetap dijalaninya.

Ia mengirimkan alat tulis kantor ke sejumlah daerah, hingga Irian Barat. Namun karena modal kecil, dan pembayaran yang sering nunggak dari para pemesannya, akhirnya bisnisnya tutup.

Namun, toko kaset masih bertahan. Ketika menginjakkan bangku kuliah di jurusan Elektro di Universitas Krida Wacana, Jan sempat berantakan membagi waktu antara kuliah dan berbisnis.

Tiga tahun membangun toko kaset, Jan pun harus pasrah menerima bisnis kaset tak berjalan seperti yang diharapkan.

Akhirnya seorang teman menawarkannya untuk bekerja di Team Records. Lalu pada tahun 1980-1990, merupakan saat tersulit dalam hidupnya. Ternyata Team Records tutup.

Jan yang menggantungkan hidupnya pada record label tersebut, akhirnya harus menggadaikan rumahnya.

“Saya kredit di bank untuk bisa kembali membuka toko kaset eceran,” kenangnya.

Namun masa sulit tersebut berhasil dilaluinya. Seorang teman menawarkannya untuk membantunya di PT Sony Music Entertainment Indonesia.

Jan dipercaya untuk membidangi soal produksi lagu Indonesia. Ketika itu, Sony sama sekali belum mempunyai penyanyi Indoensia. Lalu di akhir tahun 1997, barulah ia bisa mengedarkan album /RIF yang pertama.

“Ternyata /RIF bisa diterima. Sejak itu berlanjut, kami dipercaya hingga sekarang,” katanya.

Jan pun mengungkapkan kebesaran Tuhan yang pernah didapatnya di masa paling sulit dalam hidup tersebut.

“Tuhan masih sayang sama saya, sehingga saya bisa membuktikan bahwa saya masih mampu. sehingga bisa mendapatkan artis-artis yang akhirnya sukses,” kenangnya.


“Saya bangga bisa menyukseskan banyak penyanyi”


Sungguh berwibawa bapak 3 anak tersebut. Ia pun menyebut sebuah kesuksesan bukan untuknya sendiri, tetapi untuk para penyanyi yang berhasil ia orbitkan.

“Saya merasa sukses ketika artis yang saya kontrak tidak dikenal sama sekali, tetapi akhirnya bisa dikenal orang secara nasional., bahkan internasional. Saya bangga bisa menyukseskan banyak penyanyi,” demikian katanya.

Jan juga berpikiran bahwa Tuhan sudah mengatur rejeki bagi setiap orang. “Kita harus menerimanya. Saya bersyukur sampai saat ini masih diberi rejeki, karena dengan bersyukur kita akan merasa bahagia,” katanya.

Hingga saat ini, Jan juga bersyukur masih diberi kepercayaan untuk bekerja, sehingga ia selalu berusaha, dan menumbuhkan sikap optimis.

Dan bagi anda yang penasaran tak pernah tembus ke record label, janganlah berputus asa. Ciptakanlah sesuatu yang berbeda pada musik anda, sehingga bisa memberikan warna lain di musik Indonesia.

“Anak-anak sekarang kan kreatif. Buatlah sesuatu yang berbeda dengan yang ada di pasar. Jadilah leader yang bisa membuat musik Indonesia itu berbeda dan akhirnya bisa direspon oleh masyarakat, “ katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar