Rabu, 11 Januari 2012

Yuliasianne SulistiyawatiTak Pernah Berkedip Geluti Dunia IT

Rasanya mustahil untuk menjadi sukses jika melihat kehidupan Yuliasianne Sulistiyawati. Managing Director PT Pazia Pillar Mercycom tersebut berhasil melewati fase-fase sulit dalam kehidupannya. Namun kemauannya yang keras bisa menjadikannya berhasil seperti saat ini.

Dunia informasi teknologi (IT) yang tak pernah mati membuat Yuliasianne Sulistiyawati cukup tertantang. Kerja kerasnya pun menghasilkan beberapa penghargaan bergengsi. Dua penghargaan sekaligus berhasil disabetnya dalam ajang Asia Pacific’s Most Prestigius Awads For Entrepreneurs. Wanita yang akrab disapa Sianne ini berhasil menggondol trophy untuk kategori Outstanding Entrepreneurship Awards dan Most Promising Entrepreneurship Awards tahun 2009 lalu.

Di tahun yang sama, ia juga sempat meraih Service Entrepreneur of the Year dalam ajang penghargaan untuk para pengusaha yang diadakan oleh Ernst and Young.

Belum lagi, kepiawaiannya dalam menjalankan dunia IT sempat memecahkan rekor MURI, dalam prestasinya menciptakan National Hacking Competition.

Ingin memajukan dunia IT

Visinya untuk memajukan dunia IT memang luar biasa. Keinginan Sainne cukup sederhana. Ingin Indonesia tak tertinggal di bidang teknologi dari negara lain. “Waktu itu dambaan saya notebook itu seperti hari ini, bahwa semua orang butuh notebook. Punya notebook murah di setiap rumah, padahal waktu itu yang sedang booming adalah printer.” Ujarnya.

Kepiawaiannya di dunia IT dimulai dengan sangat baik. Ia mengawali karir secara profesional sejak 17 tahun lalu sebagai Marketing Manager di research company, PT Digiland Indonesia (Istidata Group).

Sianne memiliki ide untuk mengawali bisnisnya menjadi distributor Accer, LCD monitor. Ketika itu, ia mendirikan PT Pazia Pilar Mercycom sebagai perusahaan distributor. Di sana ia merupakan salah satu pemegang saham, dan menjabat sebagai Managing Director.

Ketika berada dibawah kepemimpinanya, Pazia mencatat kenaikan yang sangat fantastis, dalam penjualan Acer Notebook dan LCD monitor. “Di tahun 2005 notebook Accer terus mengalami kenaikan setiap bulan sampai hampir 100%.” Tutur ibu 2 anak ini.

Accer berhasil menduduki peringkat pertama untuk penjualan di Indonesia selama 4 tahun berturut-turut. Tahun 2007. PT Pazia Pillar Mercycom mulai berani untuk menjalin kerjasama dengan Samsung. Selama 2 tahun, penjualan printer Samsung di Indonesia memiliki pangsa pasar 2-3%.

Makan seadanya untuk melanjutkan hidup

Sianne kecil berasal dari keluarga yang lumayan berada. Ibu dan ayahnya ialah pengusaha kecil. Mereka memiliki beberapa agen kelontong. Namun, anak kelima dari tujuh bersaudara tersebut tidak dibiasakan untuk hidup manja.

Sejak berumur 8 tahun, ia dididik untuk bisa berhitung, agar bisa membantu ibunya berjualan di toko. Sianne setiap hari tak dibekali uang jajan. Ibunya hanya membekali dirinya dengan permen.

Kepiawaian marketing nya pun berawal dari situ. Ia menjajakan permen yang dibawanya kepada teman-temannya. Dari beberapa rupiah, ia berhasil memiliki uang jajan sendiri. “Karena tidak ada pilihan, dikasihnya permen, ibu nggak ngasih duit. Tapi dari jualan permen, dapat duitnya lebih banyak. Mungkin ya belajar sedikit-sedikit. Dengan sendirinya berjalan begitu saja. Tapi kan sebenarnya banyak hal yang bisa dipelajari. Semua orang kan sebenarnya punya jiwa menjadi seorang sales. Tetapi terpakai atau tidak.” ungkapnya.

Namun, siapa sangka, usaha sang ibu yang diretas dari nol ternyata bangkrut, lantaran ditipu oleh saudara sendiri.

Akhirnya, Sianne bersama keenam saudaranya, berikut ayah dan ibunya tinggal di rumah pembantu mereka. Karena saat itu, semua saudara yang dikenalnya tak ada yang mau merawat mereka. Saat itu ia merasa sangat sedih.

Rasa putus asa pun sempat melandanya. Ia merasa bahwa Tuhan tidak ada untuknya dan keluarga, tetapi hanya ada untuk orang lain.

“Saya tinggal dengan pembantu saya cukup lama, sampai saya disekolahkan di sekolah negeri. Ketika itu, mau makan telur saja, nggak bisa. Saya makan nasi putih sekepal dikasih garam. Ibu bilang tidak harus hidup kita itu untuk makan, tetapi kadang kita makan untuk melanjutkan hidup.” Katanya mengenang masa kecilnya.

Namun, ia kembali disadarkan bahwa pencobaan akan datang kepada setiap manusia, namun tidak melebihi kemampuannya. Dari situlah, ia mulai bangkit.

Bekerja disamping waktu kuliah

Lulus sekolah, Sianne berhasil masuk ke jurusan Manajemen Informatika di Universitas Bina Nusantara, dengan berbekal beasiswa. “Saat itu mau kuliah juga bingung nggak punya uang. Tetapi akhirnya saya berhasil dapat beasiswa.” Katanya.

Karena tak punya uang, Sianne memutuskan untuk kuliah sambil bekerja. Ketika itu, ia bekerja sebagai asisten dosen. Usai jam kuliah, ia juga bekerja part time di PT Widya Raharja Informartika dan 21st Century Computer. Keduanya saling berkaitan. Di PT Widya Raharja Informartika, sebagai perusahaan warehouse, ia belajar berdagang. Sedangkan di 21st Century Computer, Sianne mendalami dunia programmer.

Tahun 1995, Sianne lulus kuliah. Lagi-lagi, karena kecerdasannya, ia berhasil mendapatkan beasiswa S2 ke Australia, namun kesempatan tersebut tak diambilnya, lantaran tidak diperbolehkan oleh sang kekasih. Barulah, setelah ia menikah, ia kembali mendapatkan beasiswa prestasi di Universitas Pelita Harapan. Sianne memutuskan untuk mengambil jurusan Marketting Finance.

Lulus S2, Sianne pun kembali melamar kerja. Ia lalu diterima di sebuah perusahaan distributor, salah satunya Hewlett Packard, di PT Digiland Indonesia (Istidata Group). Ketika itu ia menjabat sebagai Marketing Manager.

Sianne mengaku belajar banyak dari situ. Karena, perusahaan tersebut, produknya menjangkau semua Negara di wilayah Asia Pasifik. Sebuah pembelajaran yang tak ternilai, begitu ia menyebutnya. “Saya pikir kalau mereka bisa, harusnya kita mesti bisa. Saat itu, kata-kata tersebut yang menyemangati saya. Itu terus yang saya perjuangkan.” Terangnya.

Sembilan tahun di perusahaan tersebut, tahun 2004, Sianne lalu memutuskan untuk membuka perusahaan IT sendiri, yaitu PT Pazia Pillar Mercycom. Disana, ia bertindak sebagai salah satu pemegang saham dan Managing Director. “ Saya ingin lebih professional di bidang ini.” Jelasnya.

Sebagai distributor, PT Pazia Pillar Mercycom menggandeng brand Samsung dan Accer. Sianne pun kembali menorehkan sejumlah prestasi. Diantaranya, ia berhasil masuk rekor MURI. Sianne berhasil menciptakan National Hacking Competition, sebuah kejuaraan para hacker.

Yang terpikir di benaknya ketika itu hanyalah ingin membuat suatu wadah untuk para hacker. Walaupun menuai pro dan kontra, akhirnya kompetisi tersebut berjalan sukses, dan menuai prestasi.

Dunia IT tak berkedip

Menjalankan pekerjaan di bidang IT memang membutuhkan kesabaran tersendiri. Ia mengibaratkan bahwa untuk bergelut di dunia IT menuntunya untuk tidak berkedip sedikitpun, karena teknologi setiap detik terus berubah.

“Kita tidak boleh salah strategi., apapaun harus tercapai, akurat, dan benar-benar membutuhkan ketelitian.” Jelasnya.

Dunia tersebut diakuinya cukup melelahkan, namun komitmen di bidang IT membuat Sianne kembali bekerja secara professional. “Apapun yang sudah di komit, itu harus dijalankan. Itu membantu saya banyak dalam bisnis ini.” Terangnya.

Saat ini Sianne berhasil meraup sukses, dari perjalanan karirnya. Ia pun tak menjadi sombong, dan selalu berbagai kesuksesan dengan tim nya.

Ditanya arti kesuksesan, wanita yang memiliki hobi berkuda ini pun berpendapat, bahwa ia merasa sukses kalau sudah berhasil membagi kesuksesan itu untuk orang lain. “Kalau sukses untuk kepentingan diri sendiri, menurut saya itu bukan sukses.” Ujarnya.

Untuk itu, di waktu luangnya, Sianne selalu menyempatkan diri untuk berkunjung ke sejumpah panti asuhan untuk berbagi kepada sesama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar